blank
Mayadina Rohma, aktivis perempuan Jepara

Jepara – Minimnya minat perempuan mencalonkan diri sebagai petinggi disebabkan karena beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain, secara personal tidak memiliki ketertarikan masuk dunia politik lokal desa dan masih adanya anggapan bahwa dunia politik adalah dunia laki-laki. Sedangkan faktor eksternal antara lain, minimnya dukungan suami serta budaya politik uang dalam pilpet.

Hal tersebut diungkapkan oleh aktivis perempuan Jepara,  Mayadina Rohma saat dihubungi SuaraBaru.Id Jum’at (26/7) terkait dengan komposisi calon perempuan dalam Pilpet yang jumlahnya hanya mencapai 9,42 persen. Sebab dari 422 orang yang mendaftar, calon perempuan hanya sekitar 40 orang.

Lebih jauh Mayadina yang juga menjadi koordinator Fitra Jateng mengungkapkan, faktor lain yang mempengaruhi adalah kurangnya pemahaman tentang pentingnya kehadiran pemimpin perempuan di tingkat desa. “Padahal dengan hadirnya pemimpin perempuan ditingkat desa, akan dapat memperjuangkan kepentingan perempuan, anak dan keluarga berdasarkan pengalamannya sendiri. Dengan demikian ia dapat menentukan kebijakan desa reponsif jender dan inklusif secara tepat.” ujar Mayadina.

Oleh sebab itu, menurut Mayadina perlu ditumbuhkan kesadaran perempuan terhadap tanggung jawabnya sebagai warga negara. Apalagi secara kultural,  perkembangan Jepara juga diwarnai dengan keberadaan tiga tokoh perempuan,  Ratu Shima,  Ratu Kalinyamat dan RA Kartini.

Ia juga memberikan apresiasi terhadap 422 orang  calon, utamanya 40 orang  calon perempuan di 29 desa yang telah mantapkan hati untuk ikut dalam kontestasi pilpet. Semoga pilpet dapat berjalan dengan lancar. “Tetap jaga kerukunan masyarakat serta kondusifitas desa.  Oleh sebab itu panitia dan aparat harua menempatkan diri secara adil sesuai dengan ketentuan.” tambah Mayadina. (SuaraBaru. Id/Hadi Priyanto)