blank
Sebanyak 20 turis asing dari berbagai negara dengan menggunakan pakaian adat Jawa mengikuti prosesi budaya Pisowanan Agung dalam rangka perayaan Hari Jadi ke-194 Wonosobo di Alun-alun setempat. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

WONOSOBO-Prosesi Hari Jadi ke-194 Kabupaten Wonosobo tampak berbeda dari tahun-tahun
sebelumnya. Pasalnya, dalam perayaan HUT kota berjuluk Aman, Sehat, Rapi dan Indah (ASRI) ini mengikutkan 20 turis asing dalam prosesi Pisowanan Agung.

Turis yang ikut prosesi Pisowanan Agung berasal dari berbagai negara di Eropa dan Amerika. Mereka ikut dalam pasukan pengiring Bupati Wonosobo dan jajaran Forkompinda yang berjalan dari Pendopo Bupati hingga ke panggung utama.

Pegiat Lions Club Wonosobo_Dieng Agus Purnomo SH S Sos MSI mengatakan wisatawan mancanegara yang ikut prosesi budaya didatangkan oleh Lions Club Wonosobo-Dieng. Kebetulan turis asing tersebut selama beberapa hari tinggal di Wonosobo.

“Mereka merupakan peserta program incoming liyce The Internasional Association of Lions Club Multi Distric 307 Indonesia yang tengah berada di Wonosobo. Selama di Wonosobo para turis asing berkeliling di berbagai tempat wisata,” katanya.

Para turis asing tersebut terlihat anggun menggunakan pakaian adat Jawa. Kedatangan turis asing dan menjadi pasukan pagar hidup Pisowanan Agung tak pelak menjadi perhatian pengunjung Alun-Alun. Mereka berebut mengabadikan melalui kamera ponsel.

Sejumlah turis mengaku senang bisa ikut upacara HUT ke-194 Kabupaten Wonosobo. Karena hal itu merupakan pengalaman pertama kali. Apalagi semua turis yang mengikuti prosesi Hari Jadi Wonosobo harus mengenakan pakaian adat Jawa.

Namun wisatawan mancanegara tersebut tidak sampai selesai mengikuti tradisi budaya. Para turis asing ditarik dari dalam pasukan setelah Bupati Wonosobo Eko Purnomo SE MM memberikan sambutan. Pasukan turis lalu bergabung di venue tamu undangan.

Usai mengikuti tradisi Pisowanan Agung, turis mancanegara itu diajak berkeliling ke tempat-tempat wisata yang ada di Wonosobo. Di antaranya adalah melakukan olahraga rafting dan menguji andrenalin di Sungai Serayu Wonosobo-Banjarnegara.

Pisowanan Agung yang disertai kenduri 1000 tenong dihelat di Alun-Alun Wonosobo.  Ribuan warga setempat tampak ‘’tumplek blek’’ di ruang terbuka untuk menyaksikan tradisi budaya yang dilakukan tiap tahun sekali tersebut.

blank
Setelah mengikuti prosesi Hari Jadi Wonosobo para turis asing menjajal olah raga rafting dan menguji andrenalin dengan berpetualang di Sungai Serayu Wonosobo. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

Kenduri Tenong

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dipartabud) Wonosobo Drs One Andang Wardoyo MSi mengatakan prosesi Pisowanan Agung dimulai dari Pendopo Bupati. Bupati dan Wakil Bupati beserta jajaran Forkompinda lalu berjalan menuju panggung utama di Alun-Alun.

Selama perjalanan menuju Alun-Alun orang nomer satu dan dua di Wonosobo tersebut diiringi pasukan bertumbak dan pembawa foto mantan Bupati Wonosobo pertama hingga terakhir. Pembawa kirab panji dan lambang daerah sudah berada di Alun-alun lebih awal.

Panji dan lambang daerah yang dibawa unsur Forkompincam Kecamatan Kejajar lalu diserahkan Kepada Bupati Wonosobo Eko Purnomo SE MM, perwakilan Kodim 0707 dan Kapolres AKBP Abdul Waras SIK. Bupati selanjutnya memberikan sambutan dalam bahasa Jawa.

Usai memberikan sambutan Eko Purnomo melakukan ritual birat sengkolo dengan memercikan air dengan menggunakan daun dadap ke sekiling panggung. Air yang dipercikan adalah air yang diambil dari tuk (mata air) yang ada di Wonosobo.

“Acara birat sengkala dimaksudkan untuk menghilangkan segala balak dan bencana bagi masyarakat Wonosobo. Selanjutnya pemerintah dan warga setempat senantiasa diberikan keberhakan dan kemakmuran dalam hidupnya,” cetus One Andang, Jum’at (26/7).

Birat Sengkolo dilanjutkan dengan kenduri 1000 tenong. Tenong yang dijejer di sisi kanan dan kiri depan panggung utama tersebut dijaga oleh petugas khusus dari unsur organisasi perangkat daerah (OPD), sekolah dan ASN Kecamatan dan perangkat desa.

Tenong yang dibuat oleh OPD, unsur SMA/MA/SMK dan SMP/MTs serta Pemerintah Desa itu berisi aneka makanan pasar yang dibungkus dengan daun pisang. Jajanan pasar yang dibawa dengan cara disunggi itu selanjutnya dinikmati bersama-sama oleh warga.

“Kenduri tenong dengan cara disunggi ini menggambarkan bahwa seorang pejabat punya tanggung jawab atau beban berat dalam mengemban amanah untuk mensejahterakan rakyat. Seorang pejabat harus bekerja keras untuk kemakmuran rakyatnya,” ujar dia.

Prosesi Hari Jadi ke-194 dipungkasi dengan gerebek gunungan buah. Gunungan buah yang terdiri atas aneka buah-buahan khas Wonosobo itu lalu dirayah oleh pengunjung yang
hadir untuk dinikmati secara bersama-sama.

SuaraBaru.id/Muharno Zarka