blank
Kentrung Jepara dengan cerita Dewi Wiji.

Jepara – Duta Seni Jepara menampilkan kesenian kentrung dalam Festival Tradisi Lisan 2019, yang digelar di Kabupaten Brebes, pada (24/7) pagi. Mereka  membawakan lakon Babad Bangsri, yang menceritakan tentang kisah putri Ki Gede Bangsri,  Dewi Wiji yang menolak lamaran  Suro Ghoto. Sebab disamping Suro Gotho adalah saudara seperguruan ayahnya,  perilakunya juga tidak baik.

Meburut Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan kebudayaan (Disparbud) Jepara Agus Noor Slamet mengatakan, Festival Tradisi Lisan 2019 ini, diikuti perwakilan kabupaten/kota di Jawa Tengah. Kabupaten Jepara, ikut ambil bagian dalam even tersebut. “Kali ini kita membawa para seniman kentrung, untuk tampil dihadapan masyarakat Brebes dan sekitarnya. Tujuannya memperkenalkan dan melestarikan seni tradisi ini,” ujar Agus Noor Slamet.

blank
Tari Tiga Putri Perkasa

Diharapkan dengan ditampilkannya kesenian kentrung di tingkat Jawa Tengah ini, dapat  mengangkat kembali tradisi atau kesenian kentrung, yang hampir punah di Kabupaten Jepara. ” Kami berharap seni kentrung akan lebih bergairah lagi untuk berkarya dan melestarikan budaya ini,” ungkap Agus.

Semenara itu,  Kustam Ekajalu, sutradara pementasan kentrung mengungkapkan sekarang ini sudah mulai beberapa kelompok yang mencoba untuk meneruskan kentrung, tentu saja dengan sedikit modifikasi untuk menarik masyarakat.

Dalam kentrung Babad Bangsri ini, menceritakan tentang bagaimana seorang tokoh Ki Gede Bangsri mempunyai putri bernama Dewi Wiji. Putri berparas cantik ini disukai oleh adik seperguruannya yang bernama Ki Soro Gotho. Namun cinta Ki Soro Gotho bertepuk sebelah tangan.

Karena merasa di permalukan,  Ki Soro Gotho melakukan apa saja untuk mendapatkan Dewi Wiji. Karena takut,  akhirnya Dewi Wiji melarikan diri. Terjadilah kejar-kejaran antara keduanya. Hingga akhirnya, sampailah di tepi pantai Donorojo. Karena terdesak, Dewi Wiji akhirnya menceburkan diri ke laut dan disusul Ki Soro Gotho. Hingga akhirnya Dewi Wiji berubah menjadi ular lempe dan Soro Gotho berubah menjadi yuyu Gotho (sejenis kepiting). Akhir babad ini, yuyu Gotho memiliki racun yang sangat hebat. Bagi siapa saja yang terkena sengatan racun ini tidak akan bisa terobati. Hanya ada satu penawar dari racun tersebut yaitu ular lempe, yang merupakan jilmaan Dewi Wiji.

Selain kegiatan di Kabupaten Brebes, para seniman Jepara juga tampil di Festival Tradisional Jawa Tengah, pada Minggu (23/7) di Pendapa Ageng Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta. Kegiatan yang diikuti oleh empat kabupaten/kota yaitu Sukoharjo, Surakarta, Wonosobo, Jepara menampilkan drama tari tiga putri perkasa, Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan Raden Ajeng Kartini. Diceritakan tiga putri perkasa ini, menjadi simbol kebangkitan peranan wanita dalam berkarya mewujudkan mimpi Trus Karya Tataning Bumi. (SuaraBaru. Id/ Hadi Priyanto)