blank
dropping air bersih (foto:dok)

KUDUS – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kudus mencatat setidaknya ada 20 desa di empat kecamatan yang ada di Kudus rawan kekeringan. Bahkan, beberapa desa yang ada saat ini mulai krisis air bersih.

Data yang ada, desa yang masuk kategori rawan kekurangan air bersih, yakni Desa Blimbing Kidul, Setrokalangan, Kedungdowo, Papringan, Banget, dan Sidorekso (Kecamatan Kaliwungu), Desa Kutuk, Glagahwaru, Terangmas, Lambangan (Kecamatan Undaan), serta Desa Sidomulyo, Desa Pladen, Desa Sadang, Bulung Kulon, Bulung Cangkring (Jecamatan Jekulo). Sementara di Kecamatan Mejobo, meliputi Desa Temulus, Hadiwarno, Kesambi, Jojo dan Payaman.

”Sebenarnya mulai menurun. Tahun sebelumnya ada sekitar 24 desa yang masuk zona rawan kekeringan, tapi tahun ini tinggal 20 desa,” kata Kalakhar BPBD Kudus, Bergas Catursasi Penanggungan, Selasa (23/7).

Sebagai langkah penanggulangan, kata Bergas, BPBD saat ini telah menyiapkan 280 tangki air bersih yang siap didropping ke warga yang mengalami krisis ari bersih.  Dengan alokasi anggaran sekitar Rp 49 juta, air bersih tersebut akan dialokasikan sesuai permintaan warga.

”Untuk armada dropping air, kami memiliki mobil tangki kapasitas 5000 liter yang siap diterjunkan ke desa-desa yang membutuhkan,”tandasnya.

Selain menyiapkan pasokan air bersih, menurut Bergas, pihaknya juga sudah bak penampung air yang nantinya bisa ditempatkan di lokasi terdampak kesulitan air bersih. BPBD Kudus memiliki belasan bak penampung air bersih dengan berbagai kapasitas.

“Jika sudah ada permintaan bantuan air bersih, tentunya akan segera ditindaklanjuti,” ujarnya.

Krisis air bersih, di wilayah Kudus, sejauh ini, menurut Bergas lebih karena kondisi geografis. Beberapa kawasan di Kudus, memang ada yang merupakan daerah yang air sumurnya payau sehingga hanya bisa digunakan untuk mandi dan mencuci.

”Jadi air bersih biasanya hanya untuk kebutuhan air minum dan konsumsi,” tandasnya.

Dikatakan Bergas, ancaman krisis air bersih di Kudus sebenarnya sudah mulai diantisipasi. Pasalnya, saat ini hampir di semua desa sudah teraliri jaringan pipa PDAM. Sehingga, masyarakat yang selama ini memang berada di daerah rawan air bersih bisa menjadi pelanggan PDAM.

Namun demikian, dropping air akan tetap dilakukan sebagai jika memang ada masyarakat yang mengajukan permintaan. Disamping mengandalkan dana APBD, BPBD Kudus juga mengimbau keterlibatan perusahaan swasta untuk membantu droping air bersih untuk kawasan tertentu sehingga masyarakat yang membutuhkan suplai air bersih bisa segera tertangani.

Suarabaru.id/Tm