blank
Hadad Alwi Assegaf memimpin sholawat di bawah panggung pada gelaran "Jaya Nusa Bersholawat". (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

WONOSOBO-Isak tangis pengunjung memungkasi acara Jaya Nusa bersholawat yang digeber di Gerbang Mandala Wisata, kompleks Terminal Induk Mendolo Wonosobo, Selasa (16/7), malam.

Ribuan hadirin yang memadati acara tampak larut dalam tangis haru. Tangis itu pecah, tatkala Habib Hadad Alwi Assegaf penyanyi lagu-lagu religi dan pelantun sholawat Nabi Muhammad SAW, mengajak peserta sekejap menundukan kepala dan memejamkan mata guna menghadirkan sosok Nabi Muhammad SAW di dalam kolbu.

Dengan terus berdoa dan melantunkan sholawat Nabi nan syahdu, pemilik album bertajuk “Cinta Rosul” itu, benar-benar menghipnotis kaum muslimin yang hadir untuk terus larut dalam tangis yang tak berkesudahan.

Suasana pun seketika hening. Kecuali iringan lirih musik, nada rintihan doa dan sholawat dari Hadad Alwi Assegaf yang mengguncang kalbu dan mengaduk-aduk sanubari untuk senantiasa mencintai Rosulullah Nabi Muhammad SAW.

“Mari tak henti-hentinya terus mencintai Nabi Muhammad SAW dengan senantiasa mensenandungkan sholawat. Hadirkan sosok Rosululloh dalam setiap hati dan sanubari, karena Nabi Muhammad SAW adalah panutan bagi kaum muslimin,” ungkapnya.

Usai larut dalam hening dan renungan yang mendalam, ketika menengadahkan kepala dan membuka mata, tak terasa air mata telah meleleh di pipi dan isak tangis masih tak terhenti. Tangis itu menjadi bukti perenungan mendalam terhadap pribadi Rosul.

Selama melantunkan sholawat dan menyanyikan lagu “Cinta Rosul” Hadad Alwi menyisipi petuah-petuah mulia dari apa yang telah dilakukan oleh Rosulullah Nabi Muhammad SAW.

Penyanyi religi dengan suara merdu itu juga tak henti-hentinya mengajak bersholawat. Tak cukup memimpin dan memandu sholawat di atas panggung, beberapa kali Hadad Alwi, pria kelahiran 13 Maret 1966 itu, turun dari panggung utama untuk menyapa pengunjung yang sebagaian besar remaja dan para santri.

blank
Ketua Umum Jaya Nusa H Idham Cholid ketika menyampaikan orasi kebangsaan dihadapan pengunjung. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

Islam Ramah

Acara Jaya Nusa Bersholawat diawali dengan pembacaan Surat Yasin yang dipimpin KH Subromalisi pengasuh PP Al Falah Binangun Wringinanom Kertek Wonosobo. Selanjutnya Jaya Nusa Bersholawat dipandu Habib Abdurrahman Bin Muhammad Al-Atthos dari Solo.

Sepanjang melantunkan sholawat, Habib Al-Atthos mendapat sambutan yang meriah dari para pencinta sholawat Nabi Muhammad SAW. Para pengunjung tampak mengibarkan beberapa bendera bertuliskan Jaya Nusa dan Nahdlatul Ulama.

Ketua Umum Jaya Nusa, H Idham Cholid mengatakan Jaya Nusa ingin mengimplementasikan Islam yang ramah bukan Islam yang marah. Karena belakangan ini banyak pihak yang menampilkan Islam dengan cara marah-marah.

“Islam yang ramah itu pasti membawa berkah, kebaikan, kemaslahatan dan rahmatan lil’alamin. Sebabaliknya Islam yang dipertontonkan dengan kemarahan justru akan banyak membawa masalah bukan maslahah,” serunya.

Islam ahlussunnah wal jama’ah, imbuh Idham, sejak dulu juga selalu menjaga keutuhan NKRI dan Pancasila. Keutuhan NKRI dan Pancasila merupakan mandat ulama seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan dan KH Ahmad Shidiq, sebagai panutan.

“Tradisi yasinan, tahlilan, manaqiban dan sholawatan di kalangan umat Islam merupakan budaya yang sudah dilakukan oleh Kiai dan Ulama terdahulu. Saat ini, sebagai generasi penerus wajib hukumnya untuk terus nguri-uri tradisi mulia ini,” katanya.

Sementara itu, KH Muhammad Balya Firjaun Barlaman yang merupakan putra almarhum KH
Ahmad Shidiq dari Jember Jawa Timur menyebut sholawatan sudah pasti akan membawa kesejukan, menenangkan jiwa dan mendatangkan kedamaian di dalam hati.

Karena itu, imbuhnya, tidak ada sejarahnya seorang muslim yang senantiasa mensenandungkan sholawat dan mencintai Nabi Muhammad SAW akan mudah marah. Maka sangat aneh ketika ada yang mengatakan sholawat itu bid’ah.

“Sholawat itu pasti menenangkan jiwa dan menjaga kedamaian. Takbir itu akan membakar
semangat. Kalau semangat persatuan, kesatuan dan perdamaian, itu berkah. Tapi jika semangatnya memancing amarah dan menjelekan pihak lain, ini yang jadi masalah,”
tegasnya.

SuaraBaru.id/Muharno Zarka