blank
Foto bersama bupati Kudus dengan siswa SMK NU Banat

KUDUS – Slogan “SMK Bisa!” benar-benar dibuktikan oleh dua srikandi asal SMK NU Banat Kudus. Farah Aurellia Majid dan Fitria Noor Aisyah siswa jurusan fashion designer SMK NU Banat membuktikan lulusan SMK dapat berprestasi di kancah internasional.

Baju rancangan keduanya berhasil ditampilkan dalam peragaan busana Indonesian Fashion Chamber (IFC) di Prancis pada 1 Desember 2018 lalu. Baju rancangan mereka ditampilkan dalam peragaan busana di SMK NU Banat, Senin (24/6) siang.

Farah dan Fitria, sapaan akrab mereka berdua, mengaku tak menyangka karyanya dapat ditampilkan dalam fashion show IFC dan berangkat ke Prancis. Mereka bercerita awalnya  pembimbing SMK NU Banat mengadakan seleksi rancangan busana untuk siswa SMK NU Banat yang akan dikirim ke IFC di Prancis.

blank
Bupati Kudus menyaksikan proses pembuatan desain busana

“Kami bersaing dengan tiga orang angkatan adik kelas kami, dan tiga orang angkatan dari kami,” ujar Farah antusias. Dari enam orang, akhirnya terpilih Fitria dan Farah yang mewakili SMK NU Banat untuk maju ke IFC di Prancis.

Persiapan yang mepet diungkapkan Fitria menjadi salah satu kendala mereka berdua dalam pelaksanaan IFC pada Desember lalu. Namun, atas dukungan dari pihak sekolah, Djarum, dan IFC, semuanya berjalan lancar.

“Alhamdulillah, tiga bulan untuk persiapan 30 baju sekaligus persiapan administrasi dapat berjalan dengan lancar selama di Prancis. Kami sembilan hari berada di Eropa, termasuk ke Belgia dan Belanda,” tutur Fitria.

Rancangan baju mereka terinspirasi dari kain troso asal Jepara. Farah beralasan dipilihnya kain troso untuk rancangannya karena ingin memperkenalkan kain tenun khas Jawa Tengah yang selama ini kalah popular dengan kain tenun khas Sumba.

blank
Para siswa SMK NU Banat memperagakan busana hasil rancangan mereka

“Kami memakai kain troso asal Jepara dengan nuansa laut. Kami ingin memperkenalkan kain tenun khas Jepara yang selama ini masih kurang dikenal. Selain itu, harga kain tenun troso lebih mudah dijangkau dibanding kain tenun Sumba,” lanjut Farah.

Bupati Kudus H.M. Tamzil yang hadir menyaksikan fashion show baju rancangan murid SMK NU Banat mendukung lulusan siswa SMK NU Banat jurusan fashion designer untuk berwirausaha. Pihaknya menyebut perkembangan fashion yang cepat dan pemasarannya yang luas ke seluruh dunia membuat wirausaha bidang fashion sangat menjanjikan.

Oleh karena itu, H.M. Tamzil mengarahkan agar lulusan fashion designer SMK NU Banat mengikuti pelatihan wirausaha yang digelar oleh Pemkab. Bupati menyediakan slot 20 orang bagi alumni fashion designer SMK NU Banat pada pelatihan wirausaha 2020 mendatang.

“Alumni fashion designer SMK NU Banat akan kami arahkan untuk ikut pelatihan wirausaha. Selama 10 hari mereka akan kami latih manjemen wirausaha dan kami beri modal 10 juta per orang. Jika satu cluster diiisi 10 orang, paling tidak satu grup mempunyai modal usaha 100 juta. Lulusan SMK NU Banat tidak boleh hanya sebagai ibu rumah tangga, tapi juga harus berwirausaha,” terang H.M. Tamzil.

blank
Kunjungan bupati Kudus ke SMK PGRI 1 Kudus

Setelah ke SMK NU Banat, H.M. Tamzil melanjutkan kunjungannya ke SMK PGRI 1 Kudus yang memiliki jurusan kecantikan. Pihaknya bertemu dengan dua siswa berprestasi Fiya Triani dan Lolita Delarosa yang menjadi MUA (make up artist) dalam fashion show Indonesian Fashion Chamber (IFC) di Prancis berkolaborasi dengan baju rancangan siswa SMK NU Banat Kudus.

Selain itu, H.M. Tamzil mengapresiasi jurusan kecantikan SMK PGRI 1 Kudus yang tidak hanya mengajarkan hair spa, manicure, body massage, make up, dan pedicure kepada para siswa, tapi juga fotografi, fashion show, dan public speaking. Pihaknya memuji fasilitas lengkap SMK PGRI 1 Kudus mulai dari tempat perawatan badan, studio foto, dan ruang latihan peragaan busan yang representatif.

“Saya apresiasi adanya jurusan kecantikan di SMK PGRI 1 Kudus. Jurusan tersebut tergolong langka, padahal bidang kecantikan seperti perawatan badan dan make up sangat dibutuhkan dalam industri wisata.”

“Jurusan kecantikan juga tak dapat dipelajari hanya otodidak, namun perlu sekolah. Oleh karena itu, kami akan selalu memfasilitasi agar SMK di Kudus berkembang, termasuk rencananya membuat SMK perhotelan,” jelasnya. (SuaraBaru.id)

blank