blank
Suka Motor Antik: Kanit Regident Satlantas Polres Grobogan Iptu Afandy menyukai motor antik sejak SMA. Foto: Hana Eswe.

GROBOGAN – Jika di Purworejo terdapat Bripka Herman, anggota Bhabinkamtibmas Polres Purworejo yang kerap menggunakan motor antik, di Kabupaten Grobogan juga ditemukan anggota kepolisian yang unik dengan motor antiknya.

Bagi warga Kabupaten Grobogan tentu tidak asing lagi dengan pria berbadan tinggi dan tegap yang kerap melakukan patroli dengan motor antik berwarna dominan putih biru. Dialah Kanit Regident Satlantas Polres Grobogan, Iptu Afandy.

Pria asal Kabupaten Temanggung tersebut menggunakan motor antik Yamaha RD 125 keluaran tahun 1973 untuk aktivitas kesehariannya. Dibandingkan menggunakan motor baru, ayah dua anak ini justru menyukai motor unik tersebut.

Mimpi Sejak SMA

Afandy, sapaan akrabnya, sudah menyukai motor antik ini sejak duduk di bangku SMA. Keinginan besar saat itu ingin memiliki motor. Namun, kedua orang tua Afandy tidak memperbolehkannya. Keinginan tersebut terus terpatri di dalam hatinya hingga ia bertugas di Satlantas Polres Grobogan.

“Jadi ceritanya ini ajang ‘balas dendam’ saya karena waktu SMA sudah pengen beli motor seperti ini, tetapi tidak diperbolehkan kedua orang tua saya. Kemudian, keinginan tersebut masih kuat di dalam benak saya tetapi baru sempat saya wujudkan saat saya bertugas di Polres Grobogan. Saya beli langsung ke kolektor motor tua,” ujar Afandy, saat ditemui di Samsat Grobogan, Jalan Diponegoro Purwodadi.

Keberuntungan didapat pria yang sempat menjabat sebagai Kanit Turjawali tersebut. Motor antik yang dibelinya tersebut masih orisinil. Selain itu, kelengkapan surat-surat juga jelas. Ditanya soal harga saat membeli, Afandy merahasiakan.

blank
Iptu Afandy menggunakan motor antik saat melakukan patroli di jalan. Motor keluaran tahun 1973 ini tidak ‘rewel’ saat dibawa kemanapun. Foto : dok/instagram @afandy_dtt_wtd43.

“Namanya juga beli motor antik, tidak ternilailah harganya. Saya beruntung dapat Yamaha RD 125, surat-surat lengkap, masih orisinil dan sangat antik karena mesin tahun 1973. Perbaikan hanya di mesin saja karena mesinnya masih orisinil termasuk mesin tua. Untuk dipakai sehari-hari juga tidak masalah. Bahkan, kadang kalau pulang ke Semarang, saya bawa motor antik ini dan bersyukur tidak rewel,” ujar Afandy.

Keunikan lain yaitu saat Afandy mengendarai motor ini dipadukan dengan helm yang dipergunakannya. Helm berwarna merah dengan model retro tahun 80’an dipakainya sebagai pelindung kepala. Meski kontras dengan warna motor yang dipakainya, pria penyuka masakan empis-empis ini, tetap bangga mengendarai motor uniknya itu di jalanan.

“Asyik aja bisa naik motor ini. Setiap hari saya pakai motor ini untuk aktivitas ke kantor atau kegiatan patroli bersama teman-teman,” tambahnya.

Afandy juga berpesan kepada para penggemar motor antik. Terutama saat hendak membelinya. Menurut alumni Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) Sukabumi tahun 2014 ini, saat membeli motor antik harus melihat langsung kondisi kendaraannya. Baik pada mesin maupun kelengkapan surat-suratnya.

“Harus jelas, mesinnya dicek, onderdilnya juga dicek, kemudian pada surat-suratnya juga harus lengkap dan asal-usulnya juga harus jelas. Kalau harus ganti mesin juga harus jelas asal usulnya,” tutup pria yang juga lulusan SMAN 3 Temanggung ini.

suarabaru.id/Hana Eswe.