Jamaah Haji Jateng Tahun Ini Akan Dibuat Nyaman
PELANTIKAN - Gubernur Ganjar Pranowo melantik dan memberikan pengarahan pada Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Solo tahun 1440 H/2019 di Hotel Sunan, Solo. Jumat (14/6). (ist)

SOLO – Para  jamaah haji dari Jawa Tengah tahun 1440 H ini bakal menikmati berbagai kenyamanan selama menjalankan ibadah di tanah suci.

Selain bakal ngumpul dalam satu maktab atau pemondokan, para jamaah juga bakal menikmati kuliner khas daerah sejak pemberangkatan sampai pemulangan.

Dalam musim ibadah haji tahun 1440 H ini, jamaah haji dari Jawa Tengah bakal ngumpul jadi satu di maktab Jarwal.

Dirjen penyelenggaraan Haji dan Umrah, Prof.DR. Nizar, M.Ag mengatakan hal tersebut terjadi setelah pihaknya memutuskan membuat sistem zonasi per wilayah untuk penentuan maktab.

Pada musim haji sebelumnya, maktab diundi berdasar kloter penerbangan.

Menurut Nizar, selama ini banyak terjadi persoalan jama’ah haji tersasar. Di antaranya seperti dari Masjidil Haram mau pulang ke maktab tersasar, karena ketinggalan bus, belum lagi kalau lupa dari maktab mana.

“Maka akhirnya diputuskan maktab dibagi zonasi per wilayah. Untuk Jawa Tengah maktabnya di Jarwal,” katanya dalam pelantikan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Solo di Sunan Hotel, Solo, Jumat (14/6).

Nizar juga mengatakan untuk letak maktab Jarwal memang dekat dengan masjidil haram sekitar 900 m hingga 2 km, artinya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Tentunya itu jadi kesempatan emas bagi jamaah haji yang berasal dari jateng agar bisa menjalankan ibadah dengan khusyu dan penuh kesabaran.

“Di Jarwal ini juga ada hotel yang berkapasitas 16 ribu. Meskipun di wilayah jarwal untuk hotel atau maktabnya sedikit tidak baru, dan agak sedikit minimalis,” katanya.

Selain zonasi maktab, inovasi yang dilakukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji adalah penyediaan kuliner untuk para jamaah selama ibadah.

Nizar mengatakan seluruh sajian berdasarkan cita rasa nusantara. Gudeg, pecel, rendang, sate dan lainnya.

“Ini untuk mengatasi jamaah kekurangan gizi. Karena kalau kita sediakan sajian khas timur tengah, lidah kita ini kurang cocok dan akhirnya para jamaah enggan makan. Tidak heran beberapa tahun lalu terjadi banyak jamaah kekurangan gizi, ya karena makanannya tidak cocok,” katanya.

Tahun ini, dari total 231.000 kuota jamaah haji Indonesia, sekitar 30 ribu berasal dari Jawa Tengah dan terkumpul dalam Embarkasi Solo.

Secara keseluruhan, jamaah yang ditampung dalam 96 kloter itu akan menjalani dalam dua fase, fase pemberangkatan dan pemulangan.

Untuk fase pemberangkatan, akan ada dua gelombang. Gelombang pertama dilakukan pada 7 Juli 2019 – 19 Juli 2019, Gelombang kedua 20 Juli – 5 Agustus.

Sementara untuk fase pemulangan, gelombang pertama melalui Jeddah, 7-19 Agustus. Kedua melalui Madinah pada 30 Agustus-15 September.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo merasa plong mendengar berbagai inovasi yang dilakukan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh itu. Persiapan pondokan dan kuliner, menurut Ganjar bukanlah hal sepele karena menentukan kualitas hidup jamaah selama di tanah suci.

“Mendengar inovasi tadi saya ndlongop. Negara kita sangat islami, apa yang tidak diurus? Yo wes ngene wae. Bertamu di tanah suci biar benar-benar bisa khusuk. Minimal bisa membuat saudara kita ayem, bisa ngumpul. Ada kemantapan suasana kearifan lokal yang membuat mereka nyaman sehingga ibadahnya tidak terganggu. Mudahkanlah saudara kita beribadah,” katanya.

Ganjar lantas mengisahkan pengalaman pertamanya menjalankan ibadah haji. Dari sebelum pemberangkatan, diantar sanak saudara, hingga bagaimana rasanya menginjak tanah suci dan melihat wujud Ka’bah untuk pertama kali seumur hidup.

“Getaran batinnya itu berbeda. Melihat Ka’bah kita langsung gemetar dan langsung nangis. Semoga kita diberi kekuatan untuk memudahkan dan memperlancar saudara kita yang beribadah,” katanya. (suarabaru.id)