Semarang Akan Kolaborasikan Fashion dan Heritage Kota Lama
FGD - Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menggelar focus group discussion bersama sejumlah stakeholder sub-sektor kreatif, Rabu (12/6). (hery priyono)

SEMARANG – Pasca dinominasikan menjadi salah satu dari 10 kabupaten/kota kreatif se-Indonesia oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) akhir Mei lalu, Kota Semarang langsung tancap gas mempersiapkan diri untuk meningkatkan sub-sektor kreatif unggulannya, yaitu fashion.

Namun tak hanya dunia fashionnya saja yang di-‘genjot’, potensi unggulan kawasan heritage (warisan sejarah) Kota Lama juga ikut digarap maksimal dengan mengkolaborasikannya satu sama lain.

Hal tersebut terungkap saat digelarnya focus group discussion (FGD) yang diadakan Pemerintah Kota Semarang bersama sejumlah stakeholder (pemangku kepentingan) yang terkait dengan sub-sektor kreatif tersebut, Rabu (12/6/2019).

Sebagai catatan, Kota Semarang melalui sub-sektor fashion dinominasikan sebagai kota kreatif bersama 9 kabupaten/kota lainnya, yaitu Palembang (Kuliner), Majalengka (Kesenian), Malang (Aplikasi dan Game), Solo (Pertunjukan Seni), Kutai (Pertunjukan Seni), Rembang (Kriya), Balikpapan (Aplikasi dan Game), Gianyar (Pertunjukan Seni), dan Denpasar (Fashion).

Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, nantinya 10 besar kabupaten/kota yang masuk nominasi akan dipresentasikan pada 18 Juni mendatang, untuk kemudian akan disaring menjadi 4 nominasi.

“Saat ini semua stakeholder baik pemerintah, komunitas, media dan lainnya bersatupadu membuat paparan hasil kreatifitas fashion dan heritage. Kenapa fashion dan heritage? kalau cuma fashion saja ini akan banyak saingan, kota lain juga banyak fashion, maka dibuat kesepakatan mengkolaborasikan fashion dengan heritage,” kata wakil wali kota yang biasa disapa Mbak Ita.

Dirinya menjelaskan, contoh kolaborasi fashion dan heritage ini nanti seperti tampilan kebaya tradisional karya desainer Anne Avantie dimodifikasi menjadi gaun pesta/gaun malam yang dipertunjukkan dalam sebuah fashion show di Kawasan Kota Lama.

“Kota Lama sekarang ini sudah banyak kegiatan, apalagi sekarang ada (gedung) Semarang Kreatif Digital, Galeri UKM, Galeri Industri Kreatif, semua ada di Kota Lama. Sehingga ini jadi pusat sentral yang dikembangkan ke wilayah lain, mulai dari fashion, bisnis, dan pelakunya. Saya harap dengan adanya selling poin dari fashion dan heritage ini kita bisa masuk 4 besar,” katanya.

Terpisah, Yuliana Rini Dwi Yuliandari dari Tim Penilaian Mandiri Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia (PMK3I) Bekraf mengatakan, Kota Semarang terpilih masuk menjadi salah satu nominasi kabupaten/kota kreatif dikarenakan ada ‘sesuatu’ yang menarik.

“Di Semarang kolaborasi aktor pelakunya sudah terbentuk, istilahnya ada komite ekonomi kreatif yang terdiri dari para akademisi, bisnis, perwakilan komunitas, dan dukungan pemerintah. Ini yang membuat Kota Semarang unggul mengalahkan sekitar 32 kabupaten kota lain,” katanya.

Rini menjelaskan, selain kekuatan komite yang menjadi jantung kegiatan ekonomi kreatif di Kota Semarang, dari sisi pemerintah kota juga memiliki awareness dan keinginan kuat untuk mendukung kegiatan ekonomi kreatifnya.

Menurutnya, selain fashion, Pemerintah Kota Semarang juga dinilai sadar adanya potensi (ekonomi kreatif) di Kota Lama yang bisa dijual atau dimonetize. Kemudian dari sisi SDMnya sendiri juga jadi kekuatan utama, serta didukung akademisi perguruan tinggi yang banyak.

“Di Bekraf ada 3 indikator yang jadi tolak ukur kegiatan ekonomi kreatif itu bisa dilihat. Pertama dari peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) daerah, kedua penyerapan tenaga kerja, dan yang ketiga adalah ekspor dari produk sub-sektor ekonomi kreatif,” katanya.

Dijelaskan, masuknya Kota Semarang sebagai kota kreatif adalah hasil dari uji petik yang dilakukan oleh Tim PM3I Bekraf selama tahun 2016-2018. Kota Semarang dinilai unggul dalam mengembangkan sub-sektor fashion sejak tahun 2016. Pertumbuhan sub-sektor fashion di Kota Semarang diperkirakan tumbuh sekitar 20 persen pertahun.

Hal itu berdampak pada terjadinya peningkatan PDRB dan ekspor yang signifikan dalam tiga tahun terakhir. Beragam produk fashion dari Kota Semarang juga berhasil masuk ke pasar ekspor karena memiliki ciri keunikan yang berbeda dengan daerah lain.

“Dari hasil uji petik yang kami lakukan, lalu pertanyaan selanjutnya adalah apa yang harus ditindaklanjutkan? Maka kemudian kita mendorong setiap kabupaten/kota untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sub-sektor kreatif masing-masing,” pungkas Rini.(suarabaru.id)