blank
KIRAB: Saat berlangsungnya kirab gunungan ketupat dan lepet dari Kantor Bupati Rembang menuju Taman Rekreasi Pantai Kartini.(Djamal A Garhan)

REMBANG – Di beberapa daerah, perayaan Syawalan diikuti sejumlah tradisi yang hingga kini dipertahankan masyarakat. Salah satunya adalah Lebaran Ketupat. Di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, misalnya, sudah menjadi kebiasaan pada hari ketujuh Lebaran Idul Fitri dirayakan sebagai “Kupatan”, atau yang lebih tenar disebut dengan lomban (pesiar laut).

Pemberian nama Lebaran Ketupat ini cocok dengan kenyataan bahwa hidangan yang disajikan berupa menu ketupat. Hingga kini, tradisi ini masih dipertahankan dan dirayakan di beberapa daerah, salah satunya Rembang.

Tradisi kupatan di Rembang, Selasa (11/6) pagi tadi, ditandai dengan prosesi kirab gunungan seribu ketupat. Gunungan terdiri dari susunan seribu ketupat dan ratusan lepet yang diarak dari halaman Kantor Bupati Rembang menuju Taman Rekreasi Pantai Kartini (TRPK) yang menjadi pusat keramaian kupatan.

Gunungan ini diarak sejauh 500 meter, melewati sisi kanan jalan pantura, kemudian dibawa ke depan TRPK, dan dilanjutkan dengan acara seremonial pembukaan kupatan. Seusai acara pembukaan yang dihadiri Bupati H Abdul Hafidz dan sejumlah pejabat teras di daerah itu, gunungan ketupat dan lepet diperebutkan oleh warga. Sayang rebutan tidak tertib, sehingga banyak ketupat yang jatuh dan terinjak massa.

“Kirab ini merupakan warisan leluhur yang masih bertahan, sehingga menjadi salah satu ikon daerah Rembang,” kata pengelola TRPK, Sriyono yang dulu pernah menjadi penjaga gawang PSIR.

Kirab gunungan ini sebagai refleksi syukur masyarakat Rembang yang telah diberikan rejeki berlimpah. Gunungan kupat dan lepet, merupakan simbol persatuan antara rakyat dengan pemimpin yang saling memaafkan segala dosanya.

Selain gunungan, masyarakat juga menggelar tradisi lomban di Pantai Kartini. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan pesta ketupat dan lepet di rumah masing-masing. Hal ini merupakan bentuk rasa syukur warga setelah menjalani puasa Ramadhan selama satu bulan.

Sejarah Lebaran Ketupat, khususnya di Rembang, memang belum diketahui siapa pencetusnya. Namun tradisi ini terus dilanjutkan dan dirayakan setiap tahunnya, hingga sekarang ini masih tetap diikuti banyak orang.(suarabaru.id/Djamal A Garhan)