blank
Pengemudi kendaraan yang terjebak kemacetan di tol Solo-Semarang, ada yang berusaha saling menyerobot. Akibat kemacetan itu pengemudi terjebak hingga 5 jam.(Foto: SuaraBaru/Ernawaty

SALATIGA – Tak banyak yang bisa dilakukan pemudik, ketika melintas di jalur selatan Boyolali-Salatiga-Semarang menuju Jakarta dan sekitarnya, pada Sabtu (8/6).

Sejak Sabtu (8/6) petang hingga Minggu (9/6) dini hari pukul 01.33 WIB macet masih mengular dari Boyolali hingga Semarang.

Semua jalan tidak hanya tol, jalur reguler atau non-tol dipadati kendaraan pribadi berbagai ukurun. Bahkan, ribuan kendaraan ini terjebak macet hingga lima jam lamanya.

Seperti pengakuan Aji (42), warga Pasar Kambing, Semarang. Beserta keluarga, Aji yang bertolak dari Gunung Kidul pukul 16.30 WIB baru tiba di kawasan Jatingaleh, Semarang pukul 01.30 WIB.

“Sengaja menghindari tol, tapi ternyata jalur reguler juga macet. Apalagi saat di Jalan Lingkar Selatan (JLS) Salatiga sempat terjebak hingga 3 jam.

Saat di Exit Tol Bawen, kembali tak bisa bergerak karena adanya pertemuan tiga arah,” ungkap Aji saat dihubungi Suara Baru, Sabtu (9/6) dini hari.

Sementara, kawasan tol semua arah juga terpantau macet parah. Bahkan, lalu lintas di ruas Tol Tingkir, Salatiga arah Semarang padat merayap.

Sebagian besar pemudik yang masuk tol mengeluhkan, prediksi arus di jalur bebas hambatan saat arus balik justru macet, bahkan kendaraan nyaris tidak bergerak.

Kemacetan saat arus balik H+4 lebaran ini cukup panjang hingga lebih dari 40 Km, mulai dari Boyolali hingga Gerbang Tol Bawen. Hal sama dialami sejumlah pemudik lainnya saat berniat masuk tol Tingkir menuju Semarang.

Muh Yunus Basri (66) warga Bekasi mengaku sudah tiga jam berada di tol tersebut karena terjebak macet. Bahkan, kendaraanya mulai menimbulkan bau kampas rem yang menyengat karena terlalu sering menginjak pedal rem.

“Saya bertolak dari Solo pukul 17.00 WIB. Niat masuk tol biar lancar tapi ternyata prediksi saya salah, sampai saat ini masih di posisi menuju Tol Bawen,” ungkap Yunus yang terlihat terlihat kelelahan, Minggu dini hari.

Ia mengaku, semua kendaraan dari tol Salatiga hanya bergerak belasan kilometer dari pintu Tol Tingkir. Menurutnya, kendaraannya hanya bisa bergerak dengan kecepatan maksimal 20 Km/jam.

“Belum ada pergerakan yang signifikan, tidak ada petugas kepolisian. Setelah masuk tol, kecepatan hanya bisa 10 sampai 20 km per jam,” paparnya.

Berhenti di Bahu Jalan

Dari pantauan, banyak pengendara nekat berhenti di bahu jalan, sehingga menambah kemacetan.

Asnimar (65) warga Boyolali hendak menuju Semarang menuturkan, arus Salatiga ke Semarang padat merayap.

‘’Sepertinya manajemen arus balik tidak sebaik arus mudik. Di Tol Salatiga, kecepatan 10 km per jam selama 1,5 jam,” paparnya.

Selain meningkatnya jumlah kendaraan, pemudik yang ingin kembali ke Jakarta secara bersamaan ini juga dipicu adanya pertemuan antara jalur reguler dan tol.

Seperti yang terjadi di pertigaan selepas tol Gerbang Tol Bawen uang mempertemukan kendaraan dari arah Solo menuju Semarang-Yogyakarta dan sebaliknya.

Baru menjelang tengah malam, petugas yang berada di tol memberlakukan contraflow mulai dari KM 440 Tol Bawen arah Jakarta. Setidaknya, pemudik dapat memacu laju kendarannya hingga 80 km per jam.

“Saat ini sudah ada rekayasa lalu lintas dari KM 440, di contraflow. Jadi saat saya kejebak macet dari KM 462 sampe 440, saya sebenarnya sudah kehilangan harapan karena lihat di maps, warnanya merah sampe KM 428. Tapi untungnya di-contraflow,” aku seorang pemudik melalui via telpon setibanya di tol Ungaran.
(SuaraBaru.id/Erna)