blank
Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kabupaten Grobogan, Suwito memantau langsung kesiapan para relawan dan anggota linmas yang berjaga di pintu perlintasan Sedadi, Kecamatan Penawangan. Pengecekan ini ditujukan untuk melihat seberapa siap petugas relawan pada arus mudik lebaran 2019. Foto: Hana Eswe.

GROBOGAN – Jalur rel kereta api juga melintasi wilayah Kabupaten Grobogan. Jalur tersebut memanjang dari barat ke timur, yakni sepanjang Tegowanu hingga Gabus.

Dari ratusan perlintasan KA, tidak semua yang sudah dilengkapi dengan palang pintu otomatis. Namun, ada beberapa yang sudah dilengkapi dengan palang pintu yang dijaga secara sukarela oleh aparatur dari perlindungan masyarakat (Linmas) di desa-desa yang dilintasi rel kereta api.

Hal tersebut terlihat dari peran serta para petugas linmas dan relawan di pintu perlintasan Sedadi dan Katong yang jaraknya hanya dipisahkan dengan sungai Serang. Saat kereta akan melintasi jalur tersebut, lima menit sebelumnya petugas menurunkan palang dengan menarik tali tambang. Para pengendara yang hendak melintas dari dan menuju ke Sedadi langsung terhenti dan menunggu hingga kereta lewat.

Bahkan, para pengendara yang ngeyel ingin melintasi dengan alasan kereta api belum lewat akan ditegesi dengan melarang meintas saat KA lewat oleh para petugas ini. Mereka ingin para pengendara tidak melakukan itu karena menyebabkan risiko yang sangat besar.

“Tolong, jangan sampai nekat diterabas ya, ini bahaya. Tunggu sebentar,” ujar Joko, anggota relawan di palang pintu perlintasan Sedadi.

Menurut Joko, dirinya bersama tiga orang temannya bergantian menjaga palang pintu tersebut selama 24 jam. Penjagaan tersebut dibagi dalam dua shift masing-masing shift 12 jam. Sebagai relawan, Joko merasa senang melakukan panggilan mulia tersebut. Pasalnya, jika tidak ada warga yang menjadi relawan untuk menjaga pintu perlintasan ini, maka kondisinya akan semrawut.

“Beberapa waktu lalu juga ada kecelakaan yang menewaskan sampai empat orang karena tertabrak kereta api. Jadi perlintasan ini harus dijaga agar tidak semrawut dan keselamatan para pengendara akan terjamin meskipun terkadang saya harus turun dari pos kalau ada yang nekat buka palangnya,” kata Joko.

Joko menimpali, arus mudik lebaran tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Jumlah pengendara yang melintasi jalur tersebut tidak sepadat tahun sebelumnya. Namun, Joko dan teman-temannya berkomitmen menjaga pintu perlintasan ini.

blank
Meski mendapatkan penghasilan yang tidak seberapa banyak namun para relawan ini rela bekerja 12 jam dalam satu shift demi keselamatan dan keamanan para pengendara yang melintasi palang pintu KA tersebut. Foto: Hana Eswe.

Ditanya penghasilannya menjadi relawan, Joko mengatakan ia dan teman-temannya mendapatkan dari para pengendara yang melintas. Mereka memberikan uang sukarela dan dimasukkan ke dalam kotak yang disediakan di dekat pintu perlintasan. Paling banyak mereka mendapatkannya dari para supir truk pasir yang melintas di jalur tersebut.

“Kalau ditanya penghasilannya, kami dapat dari supir-supir. Dari desa juga ada ya bantuan berupa tanah ¼ hektar yang kami budidayakan untuk tanaaman pangan. Ini kalau tidak dijaga lalu lintasnya juga akan semrawut,” timpal Joko.

Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kabupaten Grobogan, Suwito, yang kebetulan berada di lokasi menuturkan, penjagaan palang pintu perlintasan KA di jalur tersebut memang dilakukan tenaga relawan dan petugas Linmas. Mereka terbagi dalam dua shift yakni pagi dan malam.

“Hari ini kami melakukan pengecekan situasi di palang pintu perlintasan kereta api di Sedadi dan di Katong. Kita pantau langsung dan melihat kesigapan para relawan dan petugas dari Linmas yang menjaga palang pintu ini. Mereka menjaga bergantian selama 24 jam,” ujar Suwito.

suarabaru.id/Hana Eswe.