blank

SEMARANG – Di era modern sekarang, banyak yang menggunakan media sosial (medsos). Mulai dari remaja yang selalu kekinian, orang tua, hingga anak-anak. Mereka menggunakan medsos untuk sekedar membagikan aktivitas, informasi, bisnis hingga politik yang disertai foto bahkan video.

Memang menggunaan medsos tidak salah, namun kita harus hati-hati. Karena dengan mengunggah foto atau video dapat menyebabkan Kena Mata, Mata Jahat atau penyakit ‘Ain yang dapat membahayakan kita.

Menurut Islam, penyakit ‘Ain merupakan sebuah penyakit yang ditimbulkan dari pandangan mata yang disertai dengan rasa iri atau takjub terhadap sesuatu yang dipandang.

Pelaku yang memandang disebut Nadzir dan sesuatu yang dipandang disebut Mandzur. Penyakit ‘Ain ini bersumber dari pandangan orang yang dengki dan jahat karena iri atau hasud namun juga dapat berasal dari pandangan orang yang cinta dan orang baik karena takjub (tidak bermaksud jahat atau sengaja).

Ibnu Hajar menjelaskan dalam Kitab Fathul Bari:
وَاْلعَيْنُ نَظْرٌ بِاسْتِحْسَانٍ مَشُوْبٍ بِحَسَدٍ مِنْ خَبِيْثِ الطَّبْعِ يَحْصُلُ لِلْمَنْظُوْرِ مِنْهُ ضَرَرٌ
”penyakit ‘Ain adalah pandangan suka disertai dengki yang berasal dari kejelekan tabiat, yang dapat menyebabkan orang yang dipandang tersebut tertimpa suatu bahaya.”

وَأَنَّ الْعَيْنَ تَكُونُ مَعَ الْإِعْجَابِ وَلَوْ بِغَيْرِ حَسَدٍ وَلَوْ مِنَ الرَّجُلِ الْمُحِبِّ وَمِنَ الرَّجُلِ الصَّالِحِ
“sesungguhnya ‘Ain dapat terjadi bersama rasa takjub meski tanpa disertai iri, meskipun dari orang yang mencintai dan dari orang yang saleh.”

Pandangan seseorang juga dapat menyebabkan penyakit ‘Ain walaupun tanpa melihat secara langsung. Misalnya melalui foto atau video di medsos.

Bahkan seorang yang buta jika mendengar sesuatu yang mengejutkan atau merasa kagum juga dapat menjadi penyebabnya.
Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah dalam Zadul Ma’ad berkata:

“jiwa orang yang menjadi penyebab ‘Ain bisasaja menimbulkan penyakit ‘Ain tanpa harus dengan melihat. Bahkan terkadang ada orang buta, kemudian kepadanya diceritakan tentang sesuatu, jiwanya bias menimbulkanpenyakit ‘Ain, meskipun dia tidak melihatnya. Ada banyak penyebab yang bias menjadisebab-sebab terjadinya ‘Ain, meskipun dengan cerita saja tanpa melihat langsung.” (4/149)

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid dalam Fatwa Al Islam, menjelaskan:
“oleh karena itu, jelaslah bahwa penyebab ‘Ain bisa jadi ketika melihat gambar seseorang atau melalui televise, atau terkadang hanya mendengar ciri-cirinya, kemudian orang itu terkena ‘Ain. Kita memohon keselamatan dan kesehatan kepada Allah.”

Penyakit ‘Ain timbul pada seseorang akibat sebuah kata-kata pujian. Kemudian setan berperan dan meniupkan rasa iri dan dengki terhadap kelebihan seseorang tersebut.

Sehingga terlepaslah panah hasad dan mengenai sasaran. Sehingga menyebabkan sasaran tersebut mengalami reaksi-reaksi negatif seperti sakit secara fisik maupun mental. Penyakit ini mudah untuk menyerang anak-anak dan balita.

Karena mereka masih lemah dan belum dapat melindungi dirinya sendiri. Namun orang dewasa juga bias terkena penyakit ‘Ain ini, bahkan hewan dan harta.

Penyakit ‘Ain memiliki ciri-ciri seperti pusing kepala, rasa sakit yang berpindah-pindah, wajah berwarna kekuningan namun kadang kemerahan bercampur hitam, mengeluarkan banyak keringat dari seluruh tubuh, sering buang air kecil, sering mual, kehilangan nafsu makan dan lainnya.

Kemudian ‘Ain juga dapat menyebabkan seseorang tiba-tiba menjauh atau gejala mental lain.

Penyakit ‘Ain dapat dicegah dengan cara menuntun bagi orang yang kagum untuk mengucapkan doa keberkahan pada sesuatu yang dikagumi tersebut.

Kemudian juga dapat diobati dengan ruqyah syar’i. Membaca doa harian untuk perlindungan diri masing-masing.
Nabi Muhammad SAW, berkata:
“apabila seorang dari kalian melihat sesuatu dari saudaranya, atau melihat diri saudaranya, atau melihat hartanya yang menakjubkan, maka hendaklah ia mendoakan keberkahan untuk saudaranya tersebut. Karena sesungguhnya penyakit ‘Ain benar-benar ada.”

Sebagaimana seorang yang menggunakan media sosial, sudah seharusnya kita menggunakannya dengan cara yang bijak dan juga menanggapi atas sesuatu yang mengagumkan juga dengan cara yang baik dengan mendoakan keberkahan. Hal ini agar kita tidak menjadi Nadzir maupun Mandzur.(Suarabaru.id/Putri Dewanti)