blank
Kades Deyangan, Guritno, menyampaikan paparan pelaksanaan program sister village di desanya. (Suarabaru.id/uhu)

KOTA MUNGKID – Bencana Merapi bisa terjadi kapan saja. Karena gunung api itu dikenal aktif sepanjang tahun. Pada saat erupsi 2010 evakuasi warga berlangsung semrawut dan menimbulkan kepanikan yang cukup berati.

“Waktu itu tempat pengungsian yang dituju tidak jelas. Bahkan sampai terjadi beberapakali pindah lokasi pengngsian,” kata Kanthi Pamungkas Sari, Ketua Tim Program Pengembangan Desa Mitra dari Universitas Muhammadiyah Magelang (PPDM UMMagelang), Senin (13/5).

Lebih dari 22.500 orang pengungsi tersebar di 152 titik tanpa koordinasi. Kesemrawutan juga terjadi dalam manajemen pengungsian termasuk dalam pengelolaaan logistiknya.

Selain itu, banyak warga pengungsi mengalami bencana, bukan hanya dari awan panas tetapi karena kesemrawutan pada saat proses evakuasi.

Usai Pelatihan Manajemen Mitigasi Bencana ErupsiGunung Merapi Berbasis Sister Village di aula kantor Kepala Desa Deyangan, dosen Sosiologi UMMagelang itu mengatakan, perlunya kerja sama antara desa yang terancam bencana Merapi dengan desa lain di wilayah yang relatif aman.

Disebutkan, Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, yang berada di Lereng Merapi dan Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, tak jauh dari Kota Mungkid, ibukota Kabupaten Magelang. Kerja sama itu sebagai upaya meminimalisir munculnya berbagai masalah.

Menurut dia, sejak 2011 Pemkab Magelang mengadakan program sister village, melibatkan 19 desa dari Kawasan Resiko Bencana III (KRB III) dan 43  Desa Penyangga yang telah ditetapkan dan mendapatkan legalisasi pemerintah.

“Namun karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki, program belum berjalan sebagaimana yang diharapkan,” tuturnya.

Untuk mendukung program itu Tim PPDM UMMagelang yang beranggota Priyo,  Ahwy Oktradiksa, Agus Setiawan, melalui Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Kemenristekdikti melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema utama Mewujudkan Deyangan Sebagai Desa Penyangga Tangguh dalam Implementasi Sister Village selama tiga tahun.

Tahun pertama fokus enabling, berikutnya empowering dan tahun depan protecting yang mengarah kemandirian atas pengelolaan potensinya serta meningkatkan kesejahteraan bersama masyarakat Desa Krinjing dan Deyangan.

Adapun materi pelatihan manajemen mitigasi bencana Kebijakan Pemkab Magelang terkait Sister Village disampaikan Gunawan Iman Suroso, Filosofi Mitigasi Bencana Erupsioleh Drs Joko Sudibyo MT, Manajemen dan Penyusunan Rencana Kontinjensi Menghadapi Erupsi Gunung Merapi Berbasis Sister Village (Budi Santosa, Ketua Divisi PRBK MDMC PP Muhammadiyah) dan Motivasi Trainning (Choirul Amin).

Suarabaru.id/uhu