blank
Konvoi malam hari kendaraan bermotor massa pesilat di jalanan Kabupaten Wonogiri. Kemunculan mereka membuat warga menjadi ketakutan.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Kasatreskrim Polres Wonogiri AKP Aditia Mulya Ramadhani, menderita luka-luka serius karena diduga menjadi korban amuk massa pesilat. Kejadiannya berlangsung Kamis dinihari (9/5) di wilayah Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, bersamaan ketika sedang melakukan tugas pengamanan untuk meredam konflik massa pesilat dari dua perguruan.

Kepada wartawan, Kasubag Humas Polres Wonogiri Iptu Suwondo mewakili Kapolres Wonogiri AKBP Uri Nartanti, membenarkan bahwa Kasatreskrim kini dirawat di RS Dokter Oen Solo Baru. Saat itu, AKP Aditia mengenakan pakaian preman, dan terpisah dengan rekan-rekannya, sehingga menjadi sasaran amuk massa pesilat. Pasca terjadinya insiden ini, Kamis (9/5), jajaran Polri dan TNI melakukan penjagaan ketat di Ibukota Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri. Tujuannya, untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan kemunculan aksi lanjutan dari massa pesilat.

Terkait ini, Kapolda Jateng Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel dan Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Mochamad Effendi. Kamis (9/5), mendatangi RS Dokter Oen Solo Baru, untuk membezuk Kasatreskrim AKP Aditia Mulya Ramadhani, yang terbaring sakit di ruangan ICU. Kapolda menyesalkan dan merasa prihatin terhadap kemunculan insiden tersebut, dan menginstruksikan untuk segera diselesaikan, agar kasus ini tidak dimanfaatkan oleh pihak lain.

Para petinggi Polri dan TNI di Surakarta, Kamis (9/5), menggelar rapat koordinasi (Rakor) yang membahas masalah ini di Mapolresta Surakarta. Tujuannya, untuk melakukan rekonsiliasi antara Perguruan Silat (PS) yang konflik, yakni dari kubu Persudaraan Setia Hati (PSH) Winongo dengan PSH Teratai Wilayah Jateng dan Jatim. Rapat dipimpin langsung oleh Danrem 074 Warastratama Surakarta Kolonel (Inf) Rafael Granada Bay dan Kapolresta Surakarta Kombes Ribut Hari Wibowo. Hadir pula para Dandim dan Kapolres se Surakarta, Ketua Umum PSHW Pusat R Agus Winarno S dan Ketua Umum PSHT Pusat R Moerdjoko. Kedua organisasi PS ini, pusatnya berkedudukan di Madiun, Jatim.

Dihadirikan pula para pimpinan cabang PS dari kedua kubu itu yang eksis di wilayah Solo Raya. Rapat memutuskan, perlunya ada langkah solusif untuk mencegah kemunculan konflik lanjutan yang dipicu saling mendendam. Kepada para pesilat yang melakukan penganiayaan dan tindakan anarkis, harus dikenai tindakan hukum.

Konflik antar-PS yang menyebabkan jatuhnya korban sakit pada Kasatreskrim Polres Wonogiri ini, terjadi sebagai buntut dari adanya insiden perusakan tugu monumen perguruan silat yang viral karena diunggah ke medsos. Yang itu, kemudian berdampak pada tindak balasan perusakan dan penganiayaan anggota pesilat, serta memicu terjadinya konflik antar-PS. Sejumlah tugu monumen PS menjadi sasaran pengerusakan oleh massa pesilat untuk dihancurkan. Puncaknya, terjadi pengedropan massa berjumlah ribuan, yang tidak saja datang dari Kabupaten Wonogiri, tapi juga dari wilayah Solo Raya (Jateng), Ponogoro, Madiun, Magetan dan Pacitan (Jatim). Mayoritas mereka datang dengan mengendarai motor dan mobil serta membuat konvoi di sepanjang jalan-jalan di wilayah Kabupaten Wonogiri.

Kemunculan massa pesilat dalam jumlah besar di malam hari ini, sempat membuat takut warga masyarakat Wonogiri. Untuk meredam ulah mereka, jajaran Polres dan Kodim 0728 Wonogiri, sigap melakukan upaya penanganan. Tapi dampaknya, Kasatreskrim Polres Wonogiri AKP Aditia Mulya Ramadhani, jadi korban sasaran amuk massa pesilat.(suarabaru.id/bp)