blank
Upacara Dukutan di Desa Nglurah, Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar. Ramai dan meriah. (Suarabaru.id/ Hap)

KARANGANYAR—Pelaksanaan upacara tradisional Dukutan di Kampung Nglurah, Desa Nglurah, Kecataman Tawangmangu, Karanganyar, kini menjadi tujuan wisata bagi wisatawan nusantara. Seperti yang terlihat pada pelaksanaan Dukutan pada hari Selasa (30/4).

Menurut sejumlah tokoh masyarakat setempat, dahulu upacara Dukutan digelar untuk merukunkan warga karena sering tawuran atau berkelahi antara dusun .

Dalam perkembangannya, Dukutan dijadikan wahana wisata upacara juga untuk membangun keharmonisan warga agar kian menyatu. Tidak sekadar berkumpul semata,” ujar Karwadi, tokoh masyarakat setempat.

Upacara Dukutan, lanjutnya, untuk merapatkan atau menyatukan warga Nglurah Lor dan Nglurah Kidul. Kini prosesi ritual Dukutan sebagai simbol bahwa kedua desa telah kembali rukun dan membangun kebersamaan.

“Ritual Dukutan ini simbol pemersatu antara kedua dusun. Kedua dusun sudah tidak ada dendam dan hidup saling rukun,” papar Koordinator Lingkungan (korling) Nglurah, Ismanto Hartono.

Ritual Dukutan dimulai dengan makanan dari nasi jagung didoaakan bersama. Usai didoakan, kemudian para pemuda yang membawa nasi jagung tersebut berputar-putar keliling desa.

Kemudian melempar nasi jagung tersebut kepada orang yang ditemuinya. Namun akibat pelemparan tersebut tidak ada warga yang marah atau dendam. “Upacara trdiasi ini dilakukan setiap 7 bulan sekali. Alhamdulillah, setiap ritual tradisi dilakukan masyarakat dari berbagai daerah datang untuk menyaksikan acara tersebut,” tambahnya.

Dia menambahkan tradisi Dukutan saat ini ditambahi berbagai seni dari masing-masing warga. Mulai dari seni pertunjukkan reog, pakaian tradisional dan tarian. Menurut Ismanto tradisi Dukutan sudah dilakukan secara turun-temurun dari nenek moyang warga desa setempat.

Suarabaru.id/hap