blank
Pasutri, Mulyono (58) dan Sumini (53) warga warga Dusun Gantan RT 001 RW 005, Desa Tukang, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Pabelan, Kabupaten Semarang, saat menunjukkan jendela angin-angin kamar yang digunakan para pelaku perampokan masuk dan melancarkan aksi hingga menyekap keduanya, Minggu (28/4). Foto : Ernawaty

UNGARAN – Aksi perampokan di sebuah rumah juragan penggilingan padi milik pasangan suami istri (pasutri), Mulyono (58) dan Sumini (53) warga warga Dusun Gantan RT 001 RW 005, Desa Tukang, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Pabelan, Kabupaten Semarang, Sabtu (27/4) lalu, menyisahkan trauma.

Selain salah satu korban mengalami luka saat disekap, barang bukti milik pelaku berupa samurai sepanjang tangan orang dewasa tertinggal di lokasi perampokan.  Kepada wartawan yang menemuinya, Sumini menceritakan bagaimana ia mencoba melakukan perlawanan namun justru diancam akan dibunuh menggunakan kampak dan samurai.

“Saat kelimanya membangunkan kami berdua di kamar sudah menodongkan kampak, samurai juga contong ke leher. Bapak (si suami) di pegang dua orang, sedangkan mulut saya disekap mulutnya oleh seorang pelaku. Dua orang lainnya mengobrak abrik kamar,” kata Sumini.

Saat coba meminta belas kasihan kepada para pelaku yang menyekapnya, dekapan di mulut Sumini justru semakin kuat. Bekas cakaran tangan pelaku di mulut korban kini membekas. “Sekitar mulut saya sobek, sekarang susah makan karena mulut saya disekap kencang saat saya coba meminta belas kasihan,” ungkapnya.

Kelima pelaku yang tak banyak bicara, diakui Mulyono dan Sumini sesekali membentak namun menggunakan bahasa Indonesia. “Logatnya tetap Jawa medok meskipun sesekali para pelaku menggunakan bahasa Indonesia,” tandasnya.

Ciri Pelaku

Ketika diminta mengingat bagaimana ciri-ciri pelaku, pasutri juragan beras ini menyebut kelimanya berperawakan pendek dan gempal. “Hanya satu orang yang terlihat tinggi, tapi empat lainnya pendek dan gempal. Usia mereka seperti masih muda-muda,” tutur Mulyono.

Sambil minta uang para pelaku terus membentak. Hingga akhirnya korban menunjukkan tempat penyimpanan uang yang akan digunakan untuk membayar hasil panen petani yang menjual gabah kepada pasutri ini.

Sambil tangan dan mulut dilakban, para pelaku mendorong keduanya ke dalam kamar dan disekap. Ketika para pelaku berhasil menggasak harta korban, kelimanya kabur lewat pintu utama sambil membawa serta motor milik pasutri malang ini.

Upaya melepaskan diri dilakukan keduanya sesaat setelah para pelaku kabur. Diawali Mulyono mencoba menggerakkan tangan yang diikat menggunakan lakban. Sampai akhirnya, lakban pengikat tangan dan mulut terlepas.

“Baru setelah saya bebas dari ikatan lakban, saya membantu istri melepas ikatannya. Setelah kami bebas barulah mencari bantuan ke tetangga, tapi kondisi sepi akhirnya datanglah tetangga Pak Khundori kebetulan melintas membantu melaporkan ke Pak Lurah,” terangnya.

Saksi Khundori mengaku sempat tidak curiga ketika melihat ada tiga motor yang terparkir di depan ruang penggilingan. Namun, saksi baru menyadari sudah terjadi perampokan setelah Mulyono berteriak meminta bantuan.

Baik Mulyono dan Sumini kini hanya bisa pasrah. Meski sempat trauma untuk masuk ke dalam kamar lokasi ia dan suami di sekap, harapan wanita paruh baya ini gak muluk-muluk hanya ingin tertangkap.

“Terserah pihak Kepolisian yang menangani selanjutnya,” imbuhnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, lima orang berhelm dan mengenakan masker merampok rumah penggilingan padi (selepan) milik juragan  beras, pasangan suami istri (pasutri) paruh baya, di Dusun Terban, RT 02 RW 01 Desa Terban, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Sabtu (27/4) dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB.

Pasutri ini sampai harus disekap setelah sebelumnya diancam dibunuh menggunakan senjata tajam (sajam) jenis samurai.

Suarabaru.id/Erna