blank
Lia Asrifah dan Via Asrifah, dua santri kembar yang berhasil menghafalkan Alquran 30 juz di PP Al Mubaarok Bumimulyo Tawangsari Wonosobo. Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka

WONOSOBO-Ada yang berbeda dalam acara peringatan Haflah Attasyakur Lil Ikhtitam atau khataman dan tasyakuran VI Pondok Pesantren (PP) Al-Mubaarok Kampung Bumimulyo Kelurahan Tawangsari Kecamatan Wonosobo Kabupaten Wonosobo, Selasa (23/4).

Mengapa? Ya, pasalnya, dua santriwati yakni Lia Asrifah dan Via Asrifah (16) yang merupakan anak kembar asal Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo, diwisuda sebagai hafizah atau penghafal Alquran 30 juz secara bersamaan.

Keduanya mulai mengahafalkan Alquran sejak tinggal di PP Al Mubaarok beberapa tahun yang lalu. Semenjak lulus Sekolah Dasar (SD) kedunya nyantri b ersama KH Ibrohim di PP Al Mubaarok Bumimulyo hingga mampu menghafalkan Alquran 30 juz.

“Sejak awal masuk pesantren Lia dan Via memang sudah berniat untuk menjadi hafidzoh. Dengan ketekunan menghafalAlquran keduanya dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa menghafalkan Alquran 30 juz,” ujar KH Ibrohim, pengasuh PP Al Mubaarok.

Hadir dalam acara khataman dan tasyakuran di PP Al Mubaarok, Mayor Czi Hanry Handoko Kasdim 0707/Wonosobo, para habaib, jajaran Muspika Kecamatan Selomerto, sejumlah kiai dan ulama Wonosobo serta wali santri yang berasal dari berbagai daerah.

Kasdim 0707/Wonosobo Mayor Czi Hendry Handoko memberikan ucapan selamat bagi para wisuda yang telah selesai menghafal Alquran 30 juz. Diharapkan ilmu yang telah didapat bisa membawa manfaat baik bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

“Ini sungguh sebuah prestasi yang membanggakan dan sangat luar biasa. Pasalnya, di saat usianya masih muda sudah mampu menghafal Al-Quran 30 juz. Padahal tidak sedikit remaja seusianya di era milenial ini justru banyak memanfaatkan waktu untuk bermain gadget,” katanya.

Menurut Hendry Handoko, ilmu yang sudah didapat tersebut harus selalu dijaga dan diamalkan serta diajarkan kepada masyarakat sekitar selepas pulang dari pesantren. Jika tidak diamalkan dan diajarkan maka ilmu itu tidak akan berkembang bahkan akan hilang.

“Dan yang paling penting adalah tetap belajar. Karena masih banyak ilmu yang harus dipelajari sebagai bekal kehidupan di masyarakat di masa yang akan datang. Kehadiran santri di tengah masyarakat sangat dibutuhkan sekali,” katanya.

Lebih lanjut disampakian Hendry, pondok pesantren merupakan salah satu tempat pendidikan bagi generasi muda di negeri ini. Banyak ilmu yang bisa didapat di lembaga pendidikan keagamaan. Pesantren merupakan pondasi pendidikan akhlak bagi santri.

Hendry mencontohkan, saat ini zaman sedang mengalami krisis ahlak. Karena tak sedikit anak berani kepada orang tua. Perkelahian pelajar marak di berbagai tempat. Pembunuhan dan tindak kriminal lain kerap terjadi di kalangan generasi muda.

“Di luar itu, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) menjangkiti negeri ini. Penyalahgunaan narkoba dan zat adiktif yang lain juga kerap melanda generasi muda saat ini. Itu semua terjadi karena ahlak sebagian remaja rendah,” cetusnya.

Sementara itu pengasuh PP Al Mubaarok KH Ibrohim mengatakan sangat berterima kasih kepada para wali santri yang telah percaya menitipkan anak-anaknya untuk belajar dan menghafal Alquran di pondok pesantren ini.

“Keberhasilan dalam mendidik para santri itu tidak hanya dari tangan para Ustad atau Kiai, tetapi perlu ada dukungan orang tua, masyarakat, aparat pemerintah, TNI-Polri dan elemen masyarakat lainnya”, ujar KH Ibrohim.

Untuk itu, pihaknya berharap, ada kerja sama yang baik antara pesantren, masyarakat dan pemerintah, agar pondok pesantren bisa berkembang dengan baik. Dengan banyak berdiri lembaga pendidikan keagamaan, masyarakat bisa punya banyak pilihan untuk memondokan anaknya.

“Saat ini PP Al Mubarok tengah merintis berdirinya sekolah formal yaitu MTs Al Mubaarok. Mulai tahun ajaran 2019/2020, insya Allah sudah menerima siswa baru. Untuk itu, saya mohon dukungan semua pihak, agar pendirian MTs tersebut segera terwujud”, pintanya.

Lia dan Via, dua santri kembar yang sudah menjadi hafidzoh mengaku terima kasih kepada orang tua, para Kiai dan Ustad PP Al Mubaarok serta semua pihak yang telah mendorong, membina dan mengarahkan sehingga berhasil menjadi seorang hafizah.

“Untuk mengejar sebuah cita-cita memang diperlukan perjuangan dan pengorbanan. Namun dengan niat yang mulia, berusaha keras dan selalu berdoa, cita-cita menjadi penghafal Alquran bukan sesuatu yang sulit untuk dicapai”, tegas Lia dan Via.

Seorang santri, sebutnya, tidak boleh menyerah apabila di dalam mencari ilmu di pesantren banyak menemui hambatan dan tantangan. Hambatan dan tantangan pasti akan terlewati jika dengan kerja keras dan doa yang selalu dipanjatkan.

SuaraBaru.id/Muharno Zarka