blank
 Seribuan warga RT 20 RW V, Dusun Ngentak, Desa Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang menyantap menu yang dibawa dari rumah di tengah kegiatan 'Sadranan' atau 'Nyadran' ditengah malam Batur, berdampingan dengan Candi Klero, Minggu (21/4). Foto : Ernawaty

SALATIGA – Sebagian cara upaya melestarikan budaya Jawa yang telah berlangsung berabad-abad lamanya, ribuan warga RT 20 RW V, Dusun Ngentak, Desa Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang menggelar upacara tradisi Sadranan atau Nyadran, Minggu (21/4).

Sedikitnya, 1.000 warga dari 9 RT sekitar makam Batur kumpul membentuk barisan disetiap lorong menuju pemakaman. Uniknya, setiap kepala keluarga (KK) membawa bekal makanan yang telah dimasak sejak dari rumah serta dibungkus kain.

Makanan ini, kemudian akan disantap secara beramai-ramai dengan warga lainnya. Bahkan, ketika di saat santap bersama menu satu keluarga dengan keluarga lain dapat bertukar.

Sunardi (43) Juru Kunci Makam Batu, RT 20 RW V, Dusun Ngentak, Desa Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang kepada wartawan yang menemui disela-sela kegiatan doa bersama menjelaskan, kegiatan nyadran ini telah berjalan berabad-abad lamanya.

Nyadran ini merupakan kegiatan tahunan yang diikuti 9 RT dengan tiap RT sebanyak kurang lebih 100 KK dari RW V, sehingga total warga yang terlibat kurang lebih 1.000-an mulai dari anak-anak, perempuan, laki-laki muda hingga lanjut usia,” kata Sunardi.

Nyadran sendiri merupakan tradisi dan adat Jawa, yakni serangkaian upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah.

Nyadran adalah suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur. Uniknya, di dalam makam terdapat candi yang dikenal dengan Candi Klero.

“Kalau kegiatan nyadran berdampingan dengan Candi Klero, suatu ke etika saja karena makam Batur satu kompleks dengan candi peninggalan purbakala tersebut,” ujar Sunardi.

Diakuinya, kebanyakan warga yang datang saat Nyadran meski dari luar daerah tetap menyempatkan untuk pulang kampung mendoakan sanak famili yang dikubur di Makam Batur.

Ditambahkanya, sebagai upaya memeriahkan Nyadran warga setempat melibatkan Majelis Dzikir dan Tahlil dengan iringan musik hangusnya. Jelang siang, Nyadran pun berakhir dengan satu keluarga berkeliling di satu pusaran milik sanak saudara yang telah meninggalkan dengan mengirimkan doa.

Suarabaru.id/rna