blank
Para bocah penyandang autis di Kabupaten Kudus saat memamerkan kaos hasil lukisan mereka dalam peringatan Hari Peduli Autis Sedunia. foto: Suarabaru.id

KUDUS – Perayaan Hari Kesadaran Autisme Sedunia atau World Autism Awareness Day yang jatuh pada tanggal 2 April setiap tahunnya, diperingati cukup istimewa di Kudus. Puluhan anak berkebutuhan khusus, memadati Pendapa Taman Krida Wergu Wetan dalam rangka peringatan yang bertajuk ‘Full Colour Is My Life’ tersebut.

Bocah-bocah penyandang autism tersebut berasal dari berbagai Sekolah Luar Biasa dan Panti Terapi Anak Autis yang ada di Kudus. Selain itu, beberapa anak berkebutuhan khusus lain seperti penderita down syndrome, maupun anak tuna netra dan tuna lainnya juga nampak menyemarakkan acara.

Sejumlah kegiatan dilakukan diantaranya senam ceria dengan alunan musik. Para anak-anak istimewa tersebut terlihat cukup senang dan antusias mengikuti beragam gerakan senam.

Selain itu, ada pula aktifitas mewarnai kaos putih. Para bocah-bocah tersebut diajari untuk mewarnai dengan menggunakan jari, hingga menuliskan nama mereka sendiri pada kaos putih yang nantinya mereka bawa pulang.

Kemudian, ada Fun Game, permainan seru, berhadiah. Meski banyak yang harus dipandu oleh panitia, namun bocah-bocah tersebut tetap bisa bermain dengan gembira.

“Intinya kegiatan ini untuk menumbuhkan eksistensi anak-anak penderita autis ini. Masyarakat harus lebih peduli kepada penyandang disabilitas, khususnya anak autis. Jangan anggap aneh anak autis, tapi didik mereka dengan benar,” kata panitia acara, Heni Mustikaningati.

Menurut Heni, peringatan ini memang sengaja dilakukan untuk mengingatkan pada masyarakat dan orang tua mengenai hak-hak penderita autism.  Berbagai kegiatan dilakukan untuk memberikan kebahagiaan dan suntikan semangat bagi para bocah penyandang autis.

Baca juga: Benarkah di Bawah Menara Kudus ada Sumur Keramat?

“Anak-anak autis jangan disembunyikan, tapi harus diajak bersosialisasi. Karenanya dengan bertemu dengan banyak orang bisa membuat keberadaannya dianggap ada, seperti anak-anak pada umumnya,” ujar Heni.

Menurut Heni, kegiatan peringatan ini terselenggara juga atas dukungan berbagai komunitas sosial dan mahasiswa yang peduli terhadap anak-anak berkebutuhan khusus dan disabilitas. Diharapkan, melalui kegiatan tersebut bisa muncul kesadaran sosial masyarakat untuk tetap memberi penghargaan pada penderita autis maupun penyandang disabilitas lainnya.

Ia berharap masayarakat khususnya orang tua lebih terbuka kepada anak-anaknya, dengan mengajak mereka bersosialisasi yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap perkembangannya. “Tolong tidak malu lagi untuk mengajak anak-anak keluar rumah,” pesannya.

Suarabaru.id/Tm