blank
TERBANG BARENG: Komunitas Aero Rembang sedang melakukan “terbang” bareng bersama Komunitas Aero Tuban, Jatim, di lapangan Desa Ketanggi, Rembang.(Djamal AG)

REMBANG – Pecinta aeromodelling atau aerosport di Kabupaten Rembang, tak mau ketinggalan dengan daerah lain. Pasalnya, karena mereka sudah mampu memproduksi sendiri pesawat model untuk memenuhi kebutuhan olahraga berbasis kedirgantaraan tersebut.

“Sengaja kami rakit sendiri untuk menghemat biaya sekaligus menjaga nilai keunggulan pesawat model dari komunitas aerosport Rembang,” kata Ketua Komunitas Aero Rembang (KAR), Nyamani.

Saat ini, anggota komunitasnya tercatat berjumlah 20 orang yang terdiri dari anak-anak SMA/sederajat hingga dewasa.

Didampingi Sekretaris Sukardi dan Bendahara Widodo, Nyamani menjelaskan, olahraga aeromodelling yang mengendalikan pesawat model berukuran kecil/sedang dengan alat pengendali “remote control” ataupun jenis terbang bebas (free flight) secara khusus dikembangkan oleh komunitasnya berorientasi hobis, dan mengarah pada kegiatan olahraga.

 

“Kami tidak memproduksi untuk dijual apalagi memenuhi permintaan pasar atau konsumen. Ini murni untuk memenuhi kebutuhan kami sendiri, terutama untuk kegiatan aeromodelling bersama penggemar,” terangnya.

Dengan membuat karya pesawat model sendiri, paling tidak bisa menghemat biaya lumayan besar. Karena pesawat model standar hasil pabrikan jenis elektrik harganya bisa mencapai Rp 3 juta. Sementara untuk pesawat bermesin (engine) dengan alat pengendali jarak jauh harganya bisa mencapai Rp 7 juta-Rp 10 juta.

“Kalau buat sendiri, untuk jenis elektrik paling hanya habis biaya Rp 1,8 juta. Sedang untuk pesawat engine, jika buat sendiri habisnya cuma Rp 4 juta-Rp 6 juta. Bisa ngirit biaya lumayan banyak,” jelasnya.

Menurut dia, keuntungan dari pembuatan pesawat terbang mini secara mandiri adalah produk yang dihasilkan lebih bagus dan modelnya bisa disesuaikan dengan keinginan pembuatnya.

“Untuk anggota baru biasanya kami latih dasar kemampuan menerbangkan pesawat model lebih dulu. Jika sudah mahir baru dilatih membuat dan merangkai sendiri pesawat model untuk koleksi kebutuhan olahraganya,” kata Nyamani.

Buat pemula, dia menyarankan menggunakan pesawat latih Piper J3 Cub. Pesawat 2 channels ini memiliki banyak kelebihan, diantaranya adalah bahan yang lentur, tahan banting & ringan. Selain itu menggunakan baterai rechargeable, jika daya habis mudah untuk diisi ulang.

Buat yang sudah mahir, bisa menggunakan pesawat Sport. Pesawat yang pada umumnya low wing dan mid wing  ini dapat bermanuver lebih baik dari jenis trainer. Pesawat jenis ini juga kadang digunakan untuk belajar, namun tingkat yang lebih lanjut dan profesional.

Memang, bagi “pilot” pesawat aeromodelling yang sudah punya jam terbang lama umumnya menggunakan pesawat jenis aerobatic. Pesawat ini didesain untuk melakukan gerakan maneuver yang ekstrim serta gerakan 3 dimensi. Pada umumnya pesawat jenis ini bersayap mid wingserta memiliki control surface yang luas, sehingga manuvernya bisa sangat ekstrim. Pesawat ini juga didesain memiliki struktur yang kuat dan mampu menahan beban yang besar saat bermanuver.

Meski sudah memiliki anggota lumayan banyak, namun komunitasnya belum tercatat sebagai anggota Federasi Aero Sport Indonesia (FASI). “Kami ingin bisa masuk FASI,” katanya.

Soal kepandaiannya membuat pesawat RC sendiri, Nyamani menegaskan bahwa komunitasnya membuka pintu lebar-lebar jika ada pihak yang ingin belajar membuat pesawat aero sendiri. “Kami siap memberikan bimbingan,” pungkasnya.(suarabaru.id/Djamal AG)