blank
Pementasan teater tari ‘Aku Diponegoro’ di eks Pendapa Kantor Bakorwil II Kedu-Surakarta di Magelang, (Suarabaru.id/dok)

 

MAGELANG- Ratusan orang dari kalangan pecinta sejarah maupun masyarakat lainnya, Kamis malam (28/3) memenuhi eks Pendapa Kantor Bakorwil II Kedu-Surakarta di Magelang untuk menyaksikan pementasan teater tari ‘Aku Diponegoro’.

Acara yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) itu melibatkan sebanyak 70 penari dan 17 musisi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, dan sekitar 50 pemeran pendukung dari warga Kota Magelang.

Pementasan teater dengan sutradara seniman senior Landung Simatupang itu mengangkat tema kehidupan Pangeran Diponegoro sejak lahir hingga menjadi pejuang  melawan penjajah kolonial Belanda.

Setting, musik, kostum hingga tata lampu dikemas apik, seolah penonton sedang berada di masa kehidupan pahlawan nasional tersebut.

‘’Rumah Karesidenan (Kedu) ini dipilih sebagai lokasi pementasan karena, di sinilah dahulu Pangeran Diponegoro diajak berunding oleh Jenderal De Kock, tapi ternyata ditipu dan ditangkap,’’ terang Direktur Sejarah Kemendikbud Triana Wulandari.

Dia mengutarakan, teater ini merupakan rangkaian kegiatan Gemes (Gerakan Melek Sejarah) yang diinisiasi Direktorat Sejarah Kemendikbud, sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya bangsa Indonesia. Sejarah yang dikemas menarik diharapkan bisa menstimulasi rasa cinta generasi muda kepada sejarah dan pahlawan.

‘’Belajar sejarah itu harus menarik, maka kita merekonstruksi sejarah Pangeran Diponegoro ini agar masyarakat melek sejarah. Kami ajak masyarakat mencintai sejarah, melestarikan tempat-tempat yang punya nilai sejarah,’’ terang Triana.

 

blank

Dia meminta Pemprov Jawa Tengah maupun Pemkot Magelang untuk berinisiatif menjadikan rumah karesidenan ini menjadi destinasi wisata sejarah. Sebab, belum banyak orang Magelang yang mengetahui nilai sejarah rumah tersebut, padahal Pangeran Diponegoro telah menjadi ikon Kota Magelang.

‘’Kami ingin para pengambil kebijakan melirik rumah karesidenan ini jadi destinasi wisata sejarah, harus diuri-uri (dijaga), diangkat sebagai warisan leluhur bangsa,’’ harapnya.

Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito  sangat mengapresiasi rangkaian kegiatan Gemes yang diselenggarakan dari 28-31 Maret 2019.

Dia berharap seluruh kegiatan berjalan dengan lancar, sukses, serta menginspirasi masyarakat untuk meneladani sosok Pangeran Diponegoro.

‘’Perjuangan Pangeran Diponegoro luar biasa ketika melawan penjajah. Perang dari tahun 1825-1830 yang memakan korban 200.000 rakyat Indonesia. Ini tempat istimewa, beliau meringankan langkah untuk berunding, tapi terjebak. Semoga pementasan ini menginspirasi kita semua untuk meneladani beliau,’’ pintanya.

Rangkaian kegiatan Gemes diawali dengan teater tari ‘Aku Diponegoro’. Kemudian dilanjutkan dengan pameran lukisan, pameran buku koleksi Direktorat Sejarah Kemendikbud, bedah literasi yang menghadirkan penulis Peter Carey, Mikke Susanto, dan keturunan ke-7 Pangeran Diponegoro Ki Roni Sodewo.

(Suarabaru.id/dh)