blank
Komunitas Teater dan Sastra (Katasapa) Purbalingga mementaskan "Pikulan" di Pendapa Dipikusumo Pemkab Purbalingga. Pementasan dilakukan untuk mensosialisasikan anti politik uang di Pemilu 2019. (Foto :Santo)

PURBALINGGA- Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten mensosialisasikan anti politik uang sebagai referensi pemilih mencoblos pada 17 April mendatang.  Sosialisasi dilakukan  dengan pementasan teater di Pendapa Dipokusumo Pemkab Purbalingga, Sabtu (23/3) malam. Pentas teater dengan judul “Pilihan” dimainkan oleh Komunitas Teater dan Sastra (Katasapa).

Ketua Komisioner Bawaslu Purbalingga, Imam Nur Hakim mengatakan, pementasan teater tersebut merupakan bagian dari usaha Bawaslu Purbalingga untuk menyukseskan Pemilu di Purbalingga dan menggemakan untuk anti terhadap politik uang. Menurut Imam, pada Pemilu 17 April yang akan datang, masyarakat jangan hanya berpartisipasi dengan cara mencoblos saja namun juga partisipasi melalui pengawasan.

“Kami mengharapkan partisipasi masyarakat jangan hanya diketahui lewat tingginya kehadiran di TPS tapi juga melalui pengawasan oleh masyarakat tentang potensi pelanggaran Pemilu di sekitarnya,” kata Imam.

Kepala kantor Kesbangpol Purbalingga Faturohman yang mewakili Plt. Bupati Purbalingga menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Bawaslu Purbalingga yang telah menggelar acara itu. Menurut Fatur, pembelajaran politik kepada masyarakat perlu terus dilakukan agar masyarakat semakin matang dan dewasa dalam politik termasuk menolak politik uang.

“Pembelajaran politik kepada masyarakat harus terus dilakukan agar masyarakat semakin dewasa dan matang dalam politik termasuk dalam menolak politik uang,” ujarnya.

Rawan Adu Domba

Dalam teater tersebut doceritakan ada dua tim sukses Caleg yang bernama Darjo dan Darisan. Darjo, selain menjalankan politik uang juga menganut politik kampanye hitam yang menjatuhkan kandidat lain guna memuluskan jalan calon yang diusung Darjo menuju parlemen. Darjo menawarkan uang Rp 100 ribu untuk membujuk seorang buruh tani mencoblos calon yang dia dukung.

“Kang satus ewu ya. Pokoke calon kie siap mensejahterakan rakyat. (Mas, serratus ribu ya. Pokoknya calon ini akan mensejahterakan rakyat),” kata pemeran Darjo itu.

Buruh tani tersebut tertarik dengan menyanggupi tawaran Darjo yang belum tentu akan terealiasasi itu. Dia berangan-angan jika calon tersebut melenggang ke Parlemen, dirinya akan hidup enak dan Makmur. “Yawis aku milih calone rika. Satus ewu tapi ya. (Ya saya nyoblos calon anda. Seratus ribu tapi ya),” kata buruh tani itu.

Di sisi lain, ternyata istri sang buruh tani, Darsinah telah dilobi Darisan (timses lain) untuk ikut dalam gerbongnya. Mengetahui hal tersebut, buruh tani dan istrinya terlibat cekcok sehingga mempertaruhkan rumah tangganya.

Di akhir pementasan, pagelaran tersebut memberi pesan Pemilu jangan sampai memecah belah apalagi teradu domba oleh segelintir orang yang berkepentingan. Selain itu, jika masyarakat opportunis dengan uang yang ditawarkan, hal itu akan menyengsarakan masyarakat sendiri karena hal itu akan rentan terhadap penyimpangan oleh para legislator di kemudian hari.

Suarabaru.id/santo