blank
Caleg di DPRD Wonosobo usai menandatangai komitmen bersama untuk memperhatikan kepentingan perempuan dan buruh migran ketika nanti duduk sebagai wakil rakyat di DPRD setempat. Foto : Muharno Zarka

WONOSOBO-Dialog publik bertema “Menakar Komitmen Calon Legislatif Kabupaten Wonosobo Terhadap Perlindungan Perempuan dan Pekerja Migran”, yang digelar lembaga Social Analysis and Research Institute (SARI) Solo dan Migran Care Wonosobo mendapat respon sangat positif dari peserta.

Tak kurang dari 80 orang peserta dialog yang hadir di Ballroom Kresna Hotel, Kamis (21/3), terlihat antusias dan cukup kritis dalam mengajukan sejumlah pertanyaan kepada para caleg. Mereka rata-rata mengharapkan setiap caleg menaruh perhatian pada perempuan dan buruh migran.

Sebanyak 4 Caleg yang hadir, meliputi Agus Hidayat dari Partai Nasdem, Siti Maryam dari PKB, Nuke Maya Kurnianingsih dari PDIP serta Desy Kristiana dari PAN juga berupaya menunjukkan keberpihakan mereka terhadap kaum perempuan dan pekerja Migran, dengan menandatangani pakta komitmen di akhir acara.

Koordinator penyelenggara dialog dari Yayasan SARI, Mulyadi menilai forum yang juga menghadirkan komisioner KPU Kabupaten itu cukup mampu mewadahi aspirasi dan keinginan publik untuk mengetahui sejauh mana keberpihakan para calon legislator Wonosobo.

“Sejumlah isu yang diangkat seperti kesetaraan gender, kesehatan ibu dan bayi bahkan hingga Peraturan Daerah tentang  Penempatan dan Perlindungan tenaga Kerja Indonesia menjadi ujian bagi para caleg apakah benar-benar mampu menguasai permasalahan atau tidak,” terang Mulyadi.

Butuh Perhatian

Peserta dialog yang terdiri dari kelompok pekerja migran, ormas keagamaan, akademisi, hingga unsur Pemerintah Desa, dan karang taruna diakui Mulyadi memiliki keingian dan tuntutan agar nasib perempuan dan para pekerja migran benar-benar menjadi perhatian ketika para caleg tersebut nantinya terpilih.

Tuntutan tersebut, menurut pria yang akrab disapa Cak Mul itu wajar, mengingat Kabupaten Wonosobo sampai saat ini masih menjadi salah satu pengirim pekerja migran terbesar di lingkup Jawa Tengah. Hampir di semua desa di kota pegunungan ini ada perempuan yang bekerja di luar negeri.

Berdasar data dari BPS Kabupaten per 18 Mei 2018, Cak Mul mengungkap ada tak kurang dari 1.619 pekerja migran asal Wonosobo yang tersebar di sejumlah Negara. “Di 8 Negara tujuan, yaitu Abu Dhabi, Brunei Darussalam, Hongkong, Korea, Malaysia, Singapura, Taiwan dan Jepang sebagian besar pekerja migran adalah perempuan,” beber Cak Mul.

Maka, menurutnya memang sudah semestinya apabila Pemerintah Kabupaten Wonosobo, termasuk di dalamnya unsur lagislatif memberikan perhatian lebih kepada upaya perlindungan perempuan dan pekerja migran. Mereka butuh perlindungan dari pemerintah berupa terbitnya pearturan daerah tentang buruh migran.

Dari dialog inilah, pihaknya diakui Cak Mul berharap agar para caleg, ketika nantinya berkesempatan terpilih dan duduk di kursi dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) benar-benar menjaga dan mengikat komitmen mereka untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan para pekerja migran, sebagaimana telah diatur dalam Perda Nomor 8 2016, maupun Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2017.

SuaraBaru.id/Muharno Zarka