blank
Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Dr. Nurhayati, M. Hum saat menyampaikan sambutan.(Foto: Suarabaru.id/ Haresti Amrihani)

Semarang – Program Studi Antropologi Sosial Universitas Diponegoro (Undip) dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian ke Masyarakat (LPPM) Unusia Jakarta, menggelar diskusi publik dengan tema “Moderatisme dalam Tantangan”. Hal ini diadakan guna menjawab tantangan maraknya radikalisme Islam di kampus.

Acara ini menghadirkan Prof. Dr. Mudjahirin Thohir (Guru Besar Antropologi Undip), Nurul Huda (LPPM Unusia), Dr. Amirudin dan Dr. Yasir Alimi.

Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Dr. Nurhayati, M. Hum mengatakan, “atas nama FIB Undip mengucapkan terima kasih atas kerjasamanya dengan LPPM Unusia. Kegiatan yang bersifat diskusi publik atau seminar ini merupakan ikon akademik dan tugas dari masyarakat akademik di bidang sosial budaya, serta memberi solusi terhadap masalah sosial budaya di sekitar kita”.

Prof. Dr. Mudjahirin Thohir memaparkan, dalam paham substantivisme setiap agama pasti diyakini benar oleh pemeluknya masing-masing, dan tujuh prinsip ajaran agama yang harus dipraktikkan dalam bernegara di Indonesia ini lengkap: al syura (musyawarah), al musawa (equality) dan al ikha (brotherhood), al adallah (honesty), al hurriyah (freedom), al amanah (trust), al salam (peace), al tasamuh (tolerance).

“Soal radikalisme Islam di kampus kami meneliti di delapan kampus negeri dan empat kota di Jawa Tengah, yaitu Unsoed, IAIN Purwokerto, Unnes, Undip, UNS, IAIN Surakarta, UNY dan UGM. Kita khawatir intoleransi ekstrimisme yang berkembang di kampus dan masyarakat,” papar Nurul Huda, peneliti dari LPPM Unusia.

suarabaru.id/ Haresti Amrihani