blank
Menandai kegiatan sekolah lapang iklim tahap ketiga yang diselenggarakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi, di Desa  Tegalsari, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung  secara simbolis dilakukan penanaman bibit  padi. Foto:  Yon

TEMANGGUNG-Sebanyak  25 orang  di Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung mengikuti sekolah lapang iklim tahap ketiga yang diselenggarakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Semarang. Kegiatan yang akan berlangsung hingga empat bulan ke depan tersebut dilaksanakan di Desa Tegalsari, Kecamatan Kedu.

blank
Kepala Stasiun Klimatologi Semarang Tuban Wiyoso. Foto:  Yon

“Dari 25 orang tersebut terdiri atas 20 petani dari 14 desa yang ada di Kecamatan Kedu, tiga penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan dua orang babinsa dari Koramil Kedu,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Semarang Tuban Wiyoso di sela-sela kegiatan tersebut, Senin ( 11/3).

Tuban Wiyoso mengatakan, tujuan dari kegiatan sekolah lapang iklim tahap ketiga , yakni meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam memanfaatkan informasi iklim di wilayah kerja guna melakukan antisipasi dampak fenomena iklim ekstrem.

Menurutnya, kegiatan tersebut juga bertujuan agar para petani bisa melakukan adaptasi terhadap usaha pertanian apabila terjadi iklim ekstrem, seperti banjir dan kekeringan.

“Melalui kegiatan sekolah lapang iklim ini, BMKG  berkeinginan  menyosialisasikan  pentingnya informasi iklim  dalam mendukung kegiatan para pertanian di Indonesia. Kegiatan ini juga merupakan cara BMKG  sebagai  penyedia informasi dan petani sebagai pengguna terakhir bernteraksi  melalui PPL,” katanya.

Ia menambahkan, dari beberapa kegiatan sekolah lapang iklim  yang telah dilaksanakan selama satu musim tanam pada beberapa waktu lalu di sejumlah wilayah, secara umum menunjukkan adanya peningkatan  sebesar 30 persen dibandingkan dengan rata-rata produksi padi.

Tuban mengatakan, prinsip dari pendidikan sekolah lapang iklim  tahap ketiga tersebut, yakni memberikan peran yang seluasnya bagi petani  untuk mengembangkan pengetahuannya. Selain itu, pengetahuan petani tersebut dipadukan dengan  informasi yang diperoleh dari pemandu, dalam rangka mengantisipasi  dampak dari iklim ekstrem.

“Para peserta juga dibekali dengan  materi praktek mengenai budidaya serta penanggulangan hama penyakit,” ujarnya.

Ia berharap  dengan adanya kegiatan tersebut para petani bisa mempraktekan dalam kegiatan di masing-masing kelompok maupun lingkungannya. Selain itu, juga bisa memanfaatkan informasi iklim dan musim dalam menunjang pola tanam.

Sementara itu, Bupati Temanggung, M Al Khazdiq  menyambut baik adanya sekolah lapang iklim yang digelar BMKG sebab sangat menunjang sektor pertanian. Para petani harus memiliki ilmu dalam bidang iklim supaya hasil panen baik dengan pola tanam sesuai dengan prakiraan musim.
“Saya berharap peserta sekolah lapang serius mengikuti kegiatan ini karena penting dan ilmunya sangat bermanfaat,” katanya.

Suarabaru.id/Yon