blank
Warga RT 04 RW 03 Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, Banyumas  mengumpulkan dan memilah sampah  rumah tangga. Sampah tersebut disulap menjadi kompos cair. (Foto :Aji Braling)

PURWOKERTO- Nama Baturraden memang sudah sangat dikenal. Kawasan wisata berhawa sejuk di kaki Gunung Slamet, Kabupaten Banyumas ini memang sudah sejak lama menjadi tujuan wisata.

Wisatawan yang datang ke Baturraden tak hanya menikmati hawa sejuk, tetapi juga keindahan alamnya. Terlebih di sana juga ada Taman Wisata Baturraden, yang di dalamnya ada pancuran air panas dan emandian air panas juga.

Ternyata bukan Cuma sebagai destinasi wisata. Krestivitas warganya juga layak mendapatkan perhatian. Warga RT 04 RW 03 Desa Kemutug Kidul Kecamatan Baturraden, mengolah sampah rumah tangga menjadi benda yang sangat berguna. Lewat  Bank Sampah “Musisi” mereka mengolah sampah tersebut menjadi kompos cair.

Ketua Bank Sampah Musisi  Sri Sumarsih mengatakan mereka mengolah sampah rumah tangga dengan peralatan sederhana dan dana terbatas. Bank sampah tersebut mulai difungsikan sejak 7 Oktober 2018. “ Kami melihat banyaknya sampah yang tidak dimanfaatkan oleh warga, kemudian kami coba untuk memanfaatkannya agar mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi,” terangnya..

Dia bersama warga membuat pupuk kompos cair dari sisa makanan dan daun hijau yang dicampur dengan molase dan Em4 dengan perbandingan 5:20 . Komposisi itu lalu didiamkan selama sebulan. “Setelah itu kita saring dan itu bisa buat pupuk tanaman hortikultura seperti sayuran sawi, kangkung, cabe, dan tomat,” jelasnya.

blank
Lingkungan yang indah di desa Kemutug, Kidul Baturraden. Sebagai tujuan wisata maka kebersihan menjadi penting. Sampah pun diolah jadi kompos cair. Foto: Satria Kemutug Kidul.

Mentor Tetangga

Sri  memang tidak belajar secara khusus mengenai tata cara membuat kompos cair ini. Kebetulan ditempat tinggalnya ada orang yang dapat membuat pupuk kompos cair, yang dia jadikan mentor. “Ada tetangga yang dulu pernah pelatihan di Jogja, kemudian bersama warga di sini dia belajar membuat kompos, sebelum tetangga itu pindah ke Sumatera,” katanya.

Dia  menambahkan acara dilaksanakan setiap pagi hari dua minggu sekali, warga bersih-bersih lingkungan.  Setelah itu dia mengadakan penimbangan sampah layak jual seperti botol air mineral atau plasti k-plastik bekas.

Perjuangan mengembangkan bank sampah di lingkungannya tidaklah mudah.  Dia merasakan betul pahit getir berjuang, mulai dari cibiran sinis hingga anggapan dari beberapa warga sekitar menyangsikan bank sampahnya dapat berlanjut.

“Saya yakin dengan niat baik, lebih khusus dengan tujuan utama adalah memberdayakan warga sekitar, akan mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak. Hal yang lebih utama adalah terus menumbuhkan kebiasaan kepada warga dari membuang sampah menjadi mengelola sampah melalui ruang-ruang seperti arisan dan kumpulan ibu-ibu,” katanya

Produksi pembuatan pupuk cair saat ini baru mencapai 25 liter. Hal ini karena keterbatasan sarana dan prasarana. Untuk menampung pupuknya saja digunakan media ember bekas.  “Saat ini 25 liter diendapkan satu bulan. Baik proses dan kualitas pupuknya terus kami sempurnakan,” katanya.

Hasil produksi pupuk sementara dibagikan kepada warga yang menyumbang sampah. Selain itu kepada mereka yang rajin menabung sampah juga diberikan dua buah bibit tanaman hias agar mereka bersemangat. Bank sampah Musisi berkomitmen memberi nilai tambah untuk warga sekitar dengan berani menghargai sampah lebih tinggi dibandingkan harga pemulung pada umumnya.

suarabaru.id/aji braling