blank
Siswa SD Marsudirini Muntilan belajar membatik di Pasae Seni Magelang, (Suarabaru.id/dh)

 

 

MAGELANG- Kota Magelang memiliki Pasar Seni Magelang (PSM) yang mewadahi hasil usaha mikro kecil menengah (UMKM) maupun kesenian warga Kota Sejuta Bunga. Selain itu, PSM juga memiliki fungsi edukasi bagi masyarakat.

Salah satunya menyelenggarakan pelatihan membatik yang diikuti oleh siswa-siswi sekolah dasar (SD) Marsudirini, Muntilan, beberapa hari lalu.

‘’Jadi selain menjual produk UMKM asli Kota Magelang, kami  juga memberikan edukasi kepada masyarakat. Masyarakat boleh mengikuti pelatihan-pelatihan disini, kami terbuka,’’ tutur Sri Mastuti, Koordinator Seni dan Budaya PSM.

Dia menerangkan, PSM baru akan dilaunching pada 5 Maret 2019. Namun sudah mulai dikenal berbagai kalangan. Mulai dari kunjungan siswa SMA Insan Cendekia Madani (ICM) Kota Tangerang Selatan, hingga pelatihan membatik yang diikuti siswa SD Marsudirini Muntilan.

‘’Kami akan menjadikan pelatihan semacam ini sebagai program rutin PSM. Saat ini, kami juga sudah menjalin kerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan agar jika ada pelatihan bisa dipusatkan di sini,’’ ujar Sri.

Bahkan, PMS memiliki target ke depan bisa menjadi salah satu destinasi wisata Kota Magelang. ‘’Kami juga berusaha agar PSM bisa menjadi destinasi wisata Kota Magelang,’’ ungkapnya.

Terkati dengan pelatihan membatik, lanjut Sri, tujuannya untuk mengenalkan produk dan budaya asli Indonesia kepada anak sejak dini. Pelatihan tersebut menghadirkan narasumber perajin batik “Soemirah”, Kelik Soebarjo.

‘’Anak-anak dikenalkan sejak dini tentang batik, agar mereka bisa mencintai produk dan budaya asli Indonesia. Apalagi batik selama ini sudah diakui dunia internasional dan sudah dipatenkan sebagai khasanah Indonesia,’’ tegasnya.

Untuk diketahui, PSM memiliki 17 stand yang saat ini diisi oleh berbagai produk UMKM dan kesenian asli Kota Magelang. Antara lain acrilic, batik, kesenian tari-tarian, desain grafis, makanan kering, kue, fashion dan aksesoris.

Guru SD Marsudirini Santo Yosep Muntilan, Elfrida Joise Wahyuningtyas mengatakan, dirinya membawa sebanyak 27 siswa kelas III untuk mengikuti pelatihan membatik di PSM tersebut.

‘’Kebetulan di sekolah kami ada program tahunan anak belajar di luar kelas. Pelatihan membatik ini cocok dengan materi sekolah, yakni tentang proses pengolahan produksi sandang,’’ terang Joise.

Dalam pelatihan tersebut, anak-anak diberitahu tentang bagaimana cara menggunakan kain batik, bagaimana proses awal batik mulai dari kain polos, diberi motif, pewarnaan, hingga proses selanjutnya menjadi sebuah pakaian.

‘’Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan anak-anak mengetahui bagaimana proses membatik, karena berkaitan dengan muatan seni budaya,’’ ungkap Joise. (Suarabaru.id/dh)