blank
Kirab budaya keliling kampung menyusuri Kali Kota menjadi prosesi wajib yang harus ada pada peringatan Hari Pers Nasional. (Suarabaru.id/dh)

 

MAGELANG- Setelah tinta emas dituliskan/Diqalamkan atasmu kemuliaan/Lalu dengung kabar burung/Ditajam mata penamu larung. Untukmu yang diujar kebencian/Akar teraniaya tumbuh keberanian/Dan dharma warta di palung kalbu/Membabar kebenaran sepanjang waktu

 

Sajak berjudul ‘Dharma Warta’ itu dibacakan penyair ES Wibowo yang khusus dibuat untuk semua insan pers dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2019.

ES Wibowo rutin memperingati HPN di Padepokan Gunung Tidar. Peringatan dilaksanakan sederhana kental dengan unsur seni dan budaya.

Antara lain melakukan kirab budaya keliling kampung  menyusuri Kali Kota yang menjadi prosesi wajib yang harus ada  pada peringatan Hari Pers Indonesia tersebut. Bahkan, kirab ini sudah ada sejak pertama kali peringatan ini dilaksanakan sekitar lima tahun lalu. Selanjutnya pentas seni topeng ireng dan performance art menjadi hiburan bagi warga.

Konsistensi menjadi kunci peringatan HPN yang digagas ES Wibowo bersama segenap warga Kampung Potrosaran, Kota Magelang. Segenap elemen masyarakat pun turut terlibat dalam peringatan kali ini, seperti Ponpes Selamat, SD Kanisius dan SMA 5 Magelang.

‘’Sudah lima tahun kita konsisten mengadakan peringatan HPN. Kami bukan wartawan, tapi kami peduli dan mengapresiasi kerja wartawan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan pemberitaan-pemberitaannya,’’ kata Bowo, panggilan akrabnya.

 

 

blank
Pengasuh Ponpes API Tegalrejo KH Yusuf Chudlori menghadiri peringatan HPN di Padepokan Gunung Tidar, (Suarabaru.id/dh)

Budayawan ini menerangkan,  tajuk Dharma Warta berlatar belakang kekayaan wartawan berupa berita. Wartawan memiliki kesadaran menyampaikan berita-berita atau pewartaan kepada masyarakat luas.

“Wartawan itu menyampaikan berita secara cuma-cuma. Ini adalah dharmanya seorang pewarta. Maka, kami sebagai pembaca/penonton/pemirsa memiliki kesadaran memberikan penghargaan kepada pers atas dharmanya selama ini,” terangnya.

Makin lengkap kegiatan peringatan HPN yang lahir dari warga kampung ini dengan hadirnya tokoh agama KH Yusuf Chudlori yang akrab dipanggil Gus Yusuf. Pengasuh Ponpes API Tegalrejo itu juga menyampaikan orasinya terkait pers.

‘’Kita pahami bersama peran media luar biasa, sehingga ada istilah siapa menguasai informasi hari ini maka dialah yang akan menguasai dunia. Maka, media sebagai pilar demokrasi diharap makin kokoh bersama rakyat dan turut membangun Indonesia ke depan yang sehat, waras, dan berkebudayaan,’’ paparnya.

Dia juga menyinggung betapa bahaya dan rusaknya kalau informasi hari ini dipenuhi hoax, fitnah dan ujaran kebencian, maka yang ada adalah kehancuran dan kehancuran.

‘’Saya harap teman-teman media arus utama dan medsos betul-betul arif/bijak dan bermedia. Khususnya media sosial berhati-hati dalam menggunakan medianya agar apa yang dimediakan membawa manfaat dan maslahat. Kita harus bersama-sama perangi berita bohong,’’ pintanya. (Suarabaru.id/dh)