Bupati Grobogan Sri Sumarni sedang memetik jagung bersama pejabat Kementerian Pertanian. Foto: Awi Wibowo

GROBOGAN- Bupati Grobogan, Sri Sumarni, meminta kepada pemerintah pusat yakni Bulog dan Menteri Perdagangan untuk membatalkan rencana impor jagung. Pihaknya mengharapkan agar semestinya tidak perlu dilakukan impor jagung saat ini.

Kabupaten Grobogan dengan keras menolak impor jagung yang rencananya akan dilakukan Perum Bulog dan Kementerian Perdagangan RI untuk stok kebutuhan pangan. Pasalnya, kata Bupati Sri Sumarni, stok jagung yang ditanam para petani di wilayah ini dinilai sangat melimpah. Hal tersebut terdata langsung Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan. Hingga tiga bulan mendatang, 43.404 ha lahan yang ditanami jagung siap panen.

Dari 43.404 Ha tersebut, terinci pada bulan Januari sebanyak 2.361 Ha, di bulan Februari 24.508 Ha dan terakhir di bulan Maret 16.535 Ha. Dari jumlah ketiganya diperkirakan menghasilkan sekitar 269.104,8 ton.

“Kalau bisa jangan impor, biar petani menikmati hasil panennya. Saat ini harga jual jagung masih cukup untuk kalangan petani yaitu Rp 5.200. Selama ini, Kabupaten Grobogan sudah menjadi lumbung pangan dan menjadi suplai untuk kebutuhan Jateng maupun nasional,” ungkapnya saat melakukan panen jagung bersama di areal persawahan Desa Telawah, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Rabu (31/1).

Siap Suplai Jagung

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, Edhie Sudaryanto, menambahkan, Kabupaten Grobogan secara prinsip siap menyediakan suplai jagung untuk kebutuhan jagung maupun nasional. Ia membenarkan, selama tiga bulan mendatang terhitung dari bulan Januari hingga Maret ada sekitar 43.404 Ha sawah jagung yang siap dipanen.

“Saat ini merupakan puncak panen di Kabupaten Grobogan, juga di daerah lain. Petani Grobogan ini sudah bersusah payah. Biarkan mereka menikmati hasil panennya saat harga masih tinggi. Kalau ada impor, harga jual akan turun dan itu dapat merugikan petani,” jelas dia.

Edhie mengatakan, lahan pertanian komoditas jagung tidak hanya ditanam di areal persawahan saja. Pihaknya sudah bekerjasama dengan Perum Perhutani untuk menggunakan sebagian wilayah hutan sebagai lahan jagung.

“Mudah-mudahan ada peningkatan lagi. Panen jagung nantinya juga tidak berhenti di bulan Maret saja. Pada Mei-Juni hingga Oktober masih ada panen jagung. Target kami aka nada 90 hektar jagung yang dipanen,” ungkapnya.

Suplai jagung dari Jawa Tengah dan terutama dari wilayah Grobogan selama ini dinilai cukup bagus. Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Ketahanan Pagan Kementerian Pertanian RI Agung Hendriadi. Menurut Agung, selama ini suplai jagung sudah dapat memenuhi kebutuhan peternak besar dan kecil.

“Impor tidak perlu lagi. Jika sudah menghadapi panen seperti ini, dua minggu ke depan dapat memenuhi kebutuhan. Skala nasional, saya menghitung ada 17 ribu lebih produsen jagung sampai akhir Februari atau Maret. Jadi, impor tidak perlu lagi, asal hasil panennya petani baik,” tutupnya.

Suarabaru.id/Awi