blank
Para ibu warga Kampung Pinggirejo memelihara tanaman yang ditanam di lokasi wisata edukasi pertanian terpadu, (Suarabaru.id/dok)

 

MAGELANG- Memiliki lahan terbatas tidak membuat warga RW 7 Pinggirejo, Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara berpangku tangan. Difasilitasi Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang, daerah yang terkenal dengan sebutan kampung organik Pinggirejo itu merintis wisata edukasi pertanian terpadu.

Wisata yang mulai dirintis November 2018 itu memanfaatkan lahan bengkok milik pemkot setempat seluas sekitar 1800 meter persegi. Lahan tersebut berada di lereng dengan kemiringan hampir 90 derajat.

‘’Lahan ini tadinya merupakan lahan tandus yang ditanami pohon albasia besar-besar. Kemudian kami kelola dan mulai ditanami tanaman bunga, sayuran dan kami manfaatkan juga untuk peternakan serta perikanan,’’ kata Sukaryadi, Ketua RW 7 Pinggirejo, Kelurahan Wates.

Menurutnya, dikatakan wisata edukasi pertanian terpadu karena, dalam satu lahan terdapat konsep pertanian terpadu. Baik pertanian tanaman bunga, sayuran, peternakan hingga perikanan.

‘’Untuk tanaman bunga, kami sedang coba menanam bunga matahari. Juga  ada tanaman asoka dan tanaman lainnya,’’ tutur Sukaryadi.

Penasehat Kelompok Tani Makmur Asri Pinggirejo, Berdianto menambahkan, untuk peternakan meliputi kelinci dan ayam. Rencananya akan menambah peternakan kambing. Sedang perikanan terdiri  lele dan nila.

‘’Bibit ikan lele dan nila yang kami pelihara sekarang sekitar 16 ribu ekor, kelinci 6 ekor dan ayam kampung 240 ekor. Seluruhnya dibantu Dinas Pertanian dan Pangan,’’ ujar  Berdianto.

Melalui wisata edukasi pertanian terpadu ini, lanjut Berdianto, diharapkan bisa turut mengedukasi para pengunjung tentang dunia pertanian. Tidak hanya melihat serta berfoto selfie, pengunjung bisa belajar budi daya tanaman, sayuran, peternakan dan perikanan mulai dari awal.

‘’Kebetulan tempat ini banyak dikunjungi tamu luar kota untuk belajar mengenai kampung organik. Kami manfaatkan untuk edukasi pertanian terpadu,’’ ungkapnya.

Ke depan, wisata ini akan dikelola Kelompok Tani Makmur Asri bersama warga Pinggirejo untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Wisata ini ditargetkan siap dan bisa dikunjungi pada pertengahan tahun 2019.

Berdianto mengaku, masih mengalami sedikit kendala terkait dengan kesiapan wisata tersebut. Utamanya dalam suplai air dan akses jalan di lokasi wisata. Dia berharap, pemerintah bisa memfasilitasi hal itu.

‘’Kalau musim kemarau tiba, kawasan sini pasti kekurangan air, sehingga kami membutuhkan sumur. Kemudian juga akses jalan di lokasi wisata saat ini belum tertata bagus,’’ terangnya.

Kepala Seksi Prasarana dan Sarana Pertanian, Disperpa Kota Magelang, Yhan Noercahyo W  mengatakan, konsep pertanian terpadu diterapkan untuk memaksimalkan produktivitas lahan yang terbatas.

‘’Di Pinggirejo ini kami tidak hanya menampilkan view menarik  dengan taman bunga, namun juga ada pertanian tanaman pangan untuk pemenuhan edukasi masyarakat terkait budidaya serta perikanan dan peternakan,’’ urainya.

Yhan menambahkan,  Pinggirejo merupakan lokasi demonstration plot (demplot) percontohan pertanian terpadu pertama kali di Kota Magelang. Tujuannya adalah mengedukasi masyarakat terkait penerapan pertanian perkotaan, dimana Kota Magelang hanya memiliki luasan lahan pertanian terbatas.

‘’Ini baru demplot pertama kali di Kota Magelang. Kalau berhasil, kita demplot di tempat lain juga,’’ tegasnya.

Dinas Pertanian dan Pangan, lanjut dia, hanya menginisiasi wisata tersebut. Selanjutnya, setelah diserahkan kepada masyarakat, tugas dari dinas adalah membina dan mendampingi hingga wisata edukasi terpadu tersebut berjalan. (Suarabaru.id/dh)