blank
Bersamaan penyampaian pemandangan umum di forum rapat paripurna, Juru Bicara Fraksi Partai Golkar DPRD Wonogiri, Tuharno (kiri), mengingatkan bahwa Pemilu 2019 akan menjadi sejarah baru bagi bangsa Indonesia.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Pemilihan Umum (Pemilu) Tanggal 17 April 2019 mendatang, akan menjadi sejarah baru bagi gelaran politik pesta demokrasi di Indonesia. Sebab, untuk pertamakalinya Pemilu serentak dilaksanakan di Tanah Air dengan tingkat kesulitan yang rumit. Sebab pemilih akan melakukan pencoblosan 5 kartu suara sekaligus. Yakni untuk memilih pasangan Presiden dan Wakil Presiden, Aggota DPR-RI, DPR Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, serta memilih anggota DPD.

Juru Bicara Fraksi Partai Golkar (FPG) DPRD Wonogiri, Tuharno, menyatakan, menyongsong Pemilu serentak tersebut telah memicu tensi politik belakangan ini meningkat. ”Narasi politik sudah disajikan kepada masyarakat. Yakni berupa janji, harapan serta kepastian, guna meraih atau mendapatkan dukungan dan simpati dari masyarakat,” jelas Tuharno.

Menyikapi hal tersebut, Tuharno, mengharapkan agar narasi politik yang disampaikan oleh para peserta Pemilu di Kabupaten Wonogiri, tetap mengedepankan fakta serta sajian politik yang baik. ”Agar tidak menyesatkan logika masyarakat, dalam ikut serta memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat,” tandasnya.

Kontestasi politik, memang dapat sangat panas, baik di tingkatan elite maupun di akar rumput. Namun demikian, tegas Tuharno, marilah kita lakukan proses tahapan Pemilu ini secara beradab, bermartabat dan berkualitas. Sehingga akan menciptakan dan menghasilkan kualitas demokrasi, yang sesuai dengan demokrasi Pancasila.

Di tempat terpisah, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Wonogiri, Toto Sihsetyo Adi, membenarkan pelaksanaan Pemilu serentak 2019 akan lebih rumit dibandingkan dengan Pemilu-Pemilu yang selama ini telah dilaksanakan sebelumnya. Sebagai institusi penyelenggara Pemilu, KPU berupaya secara maksimal untuk mendorong sebanyak-banyaknya pemilih menggunakan hak pilihnya dengan baik dan benar, serta terhindarkan dari adanya surat suara yang rusak.

Kata Toto, secara nasional ditargetkan partisipasi pemilih dapat mencapai 77,5 persen. Pengalaman Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jateng yang lalu, angka partisipasi pemilih di Wonogiri mencapai 69 persen. ”Jumlah surat suara yang rusak mencapai sebanyak 13 ribu lembar,” tutur Ketua KPU Wonogiri Toto Sihsetyo Adi. Untuk Pemilu 2019 nanti, KPU Wonogiri menargetkan partisipasi pemilih di Wonogiri dapat mencapai 75 sampai 76 persen, dengan menghindarkan adanya surat suara yang rusak.

Menurut Toto, untuk mewujudkan itu memang tidak ringan. Perlu dukungan semua komponen masyarakat, termasuk para konstestan bersama tim kampanyenya, dapat melakukan sosialisasi pemahaman teknis pencoblosan yang benar. KPU Wonogiri telah pula melakukan sosialisasi Pemilu kepada para pemilih pemula, yang menjadi generasi millenial serta para purnawirawan TNI-Polri yang memiliki pilih, setelah pensiun dari dinas di institusi TNI maupun Polri.

”Kami dari KPU juga telah merekrut sebanyak 55 orang relawan demokrasi, dalam upaya mendukung pelaksanaan Pemilu agar sukses,” jelasnya. Bersamaan itu, juga dilakukan rekrutmen pembentukan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang jumlah personelnya mencapai sekitar 28.000 orang. Mereka itu akan menjadi ujung tombak pelayanan pencoblosan bagi sebanyak 869.824 pemilih di 3.913 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di 294 desa/kelurahan di 25 kecamatan se Kabupaten Wonogiri. Di masing-masing TPS, para pemilih akan dilayani oleh sebanyak 7 personel KPPS ditambah dua orang Petugas Ketertiban (Gastib).(suarabaru.id/bp)