blank
Dr. Ir. Sri Puryono KS, MP Sekda Provinsi Jawa Tengah/Ketua KSBN Jawa Tengah

Membangun Bangsa Berbasis Budaya

Oleh: Dr. Ir. Sri Puryono KS, MP

Budaya iku

Roh ing Bangsa kang  satuhu

Kebak Kautaman

Maweh tentrem lahir batin

Rum ing Bangsa

Saka luhuring budaya

 

Bait tembang Pucung diatas menggambarkan bahwa betapa besar peran budaya dalam memajukan Bangsa. Budaya menggambarkan sebagai roh Bangsa yang penuh dengan ajaran kebaikan, membuat ketentraman lahir dan batin. Bahkan lebih ditegaskan lagi bahwa harumnya suatu bangsa tergantung pada keluhuran budaya.

Bagaimana dengan kehidupan sehari-hari saat ini ? Budaya Bangsa Indonesia sudah mulai luntur, terdegradasi baik dikarenakan faktor internal maupun eksternal. Lunturnya budi pekerti, mudahnya berbuat jahat, maraknya perbuatan korupsi disebabkan karena oknum tersebut tidak memahami, tidak menghayati, dan mengamalkan budaya Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Presiden RI pertama Bapak Ir. Soekarno telah memberikan pesan “Tri Sakti Bung Karno”, yaitu berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian secara sosial budaya.

Kebudayaan telah menjadi akar dari pendidikatan kita, bukan hanya pada tarian atau tradisi saja, namun juga nilai karakter luhur yang diwariskan turun-temurun hingga membentuk karakter bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang terkait Kemajuan Kebudayaan yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Peraturan ini lahir atas pemikiran dalam rangka melindungi, memanfaatkan, dan mengembangkan kebudayaan Indonesia.

Hal ini merupakan suatu langkah investasi masa depan dalam membangun peradaban bangsa. Disisi lain, dengan adanya peraturan ini, maka setiap daerah diharapkan mampu memberikan pokok pikiran kebudayaan daerah melalui penggiat budaya dan pemangku kepentingan sehingga nantinya ada data induk kebudayaan secara terpadu. Dari data induk itu akan melahirkan rencana induk pemajuan kebudayaan dalam kurun waktu 20 tahun.  Dalam hal lainnya, dengan adanya Undang-Undang Kebudayaan ini mampu mengatur industri besar dan/ atau pihak asing yang akan memanfaatkan objek pemajuan kebudayaan bagi kepentingan komersial.

Pemajuan Kebudayaan berazaskan toleransi, keberagaman, kelokalan, lintas wilayah, partisipatif, manfaat, keberlanjutan, kebebasan berekspresi, keterpaduan, kesederajatan dan gotong royong. Dengan tujuan untuk mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, memperkaya keberagaman budaya, memperteguh jati diri bangsa, memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan citra bangsa, mewujudkan masyarakat madani, meningkatkan kesejahteraan rakyat, melestarikan warisan budaya bangsa, dan mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia, sehingga Kebudayaan menjadi haluan pembangunan nasional.

Hal tersebut menghasilkan sebuah pemikiran yaitu kongres kebudayaan. Kongres Kebudayaan Indonesia didesain sebagai forum perumusan Strategi Kebudayaan yang akan menjadi pedoman kita semua dalam menjalankan kebijakan pengarusutamaan kebudayaan melalui pendidikan. Forum ini merupakan puncak dari proses pembacaan keadaan faktual, pemetaan masalah dan perumusan rekomendasi di bidang pemajuan kebudayaan yang telah diawali dengan penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah tingkat kabupaten/kota dan provinsi.

Dengan dasar permusyawaratan yang luas seperti itu, diharapkan forum Kongres Kebudayaan Indonesia dapat menghasilkan Strategi Kebudayaan yang menjawab tantangan pemajuan kebudayaan di lapangan dan menetapkan arah bagi upaya kita bersama mengarusutamakan kebudayaan melalui pendidikan. Kegiatan ini tidak hanya menghasilkan dokumen yang visioner, tetapi juga mengubah paradigma kita semua dalam praktik budaya kita sehari-hari. Dengan perubahan paradigma itu, kita dapat semakin mengapresiasi keberagaman budaya bangsa dan meneruskannya pada anakcucu kita lewat pendidikan yang bernafaskan kebudayaan.

Salah satu contoh hasil pemikiran kebudayaan adalah kepemimpinan Hastabrata. Dulu dalam perkembangannya, hastabrata merupakan konsep kepemimpinan yang berasal dari agama Hindu dimana pemimpin bertindak sesuai dengan karakter dewa. Namun setelah masuknya Islam di tanah Jawa, nilai tersebut disesuaikan dengan prinsip Islam. Dulu menggunakan konsep dewa-dewa kini menjadi delapan unsur alam.

Adapun nilai-nilai tersebut diantaranya: Bumi dimana tempat kehidupan yang menyediakan semua dasar kebutuhan hidup sehingga pemimpin harus memberi dan kokoh, memberi tanpa pamrih kepada masyarakat yang dia ayomi  dan mejadi tempat yang bisa diandalkan; Matahari merupakan sumber terangnya kehidupan sehingga manusia mampu beraktifitas dan tumbuh kembang, begitu juga dengan pemimpin harus memberi energi berupa visi, tujuan, dan alasan untuk setiap keputusan, memberi secara terus menerus; Api memiliki hukum yang jelas, ia membakar apa saja yang menyentuhnya, hal tersebut senada dengan pemimpin harus adil dan berani tanpa memandang siapapun; Samudra menggambarkan hilir dari semua sungai baik yang mengalirkan air kotor maupun bersih, begitu juga sosok pemimpin yang menjadi sosok yang membuka mata dan pikiran secara luas menerima pendapat dari semua kalangan; Langit berartikan simbol bagi luasnya ilmu pengetahuan. Begitu juga dengan pemimpin harus memiliki kompetensi, kemampuan, dan kecakapan yang dapat diajarkan pada orang lain; Angin selalu mengalir dan berhembus dimana saja, seperti pemimpin harus ada dan dirasakan pengaruhnya; Bulan hanya bisa dipandang di malam hari, ketika memandang bulan ada rasa damai dalam gelap, Pemimpin harus memberikan kedamaian pada sekitarnya. Rasa damai yang nyaman dan membuat hati gembira juga memberikan harapan pada sekitar ketika semua kondisi memberikan keputusasaan; Bintang merupakan unsur alam yang paling indah, tidak hanya indah dia juga memberikan arah mata angin pada mereka yang membutuhkan. Pemimpin menjadi pengarah dan pedoman bagi lingkungannya. Dengan pergeseran simbol namun tidak mengubah makna inti dari sifat yang baik. Sehingga sampai saat ini, kepemimpinan hastabrata merupakan karakteristik kepemimpinan yang paling ideal.

Begitulah pentingnya kemajuan dalam kebudayaan, sehingga setiap generasi diberikan warisan kebudayaan yang lebih baik dan matang. Dengan hal itu bangsa kita dengan budaya yang unggul mampu percaya diri, bersikap dewasa, dan dengan budaya yang luhur ini, bangsa ini mampu menepis kejahatan dan keburukan yang terjadi, karena hakikatnya budaya adalah tentang jatidiri.(suarabaru.id/  Dr. Ir. Sri Puryono KS, MP Sekda Provinsi Jawa Tengah/Ketua KSBN Jawa Tengah)