blank
Iring-iringan kirab Bwee Gee Bwee Gee saat melintas di depan Masjid Agung Kudus, alun-alun Simpang Tujuh. Foto: tom/

KUDUS – Umat Tri Dharma dari wilayah Pulau Jawa maupun luar Jawa, Minggu (12/1) berkumpul dan menggelar arak-arakan dalam rangka Perayaan Bwee Gee yang dipusatkan di Tempat Ibadah Tri Dharma Hok Hien Bio, Kudus. Kirab Perayaan Bwee Gee yang merupakan perwujudan rasa terima kasih kepada Hok Tik Tjing Sien (Dewa Bumi).

Ucapan terima kasih tersebut dilakukan lantaran sang dewa dipercaya telah memberikan kebaikan selama satu tahun yang sudah lewat. Selain itu, lewat perayaan ini umat juga memohon tahun depan kondisinya lebih baik dari sebelumnya.

Dalam legenda warga Tionghoa, asal usul perayaan Bwee Gee tak lepas dari cerita sekitar 3000 tahun yang lalu ada seorang menteri urusan pemungutan pajak kerajaan bernama Hok Tek Cing Sien. Dalam mejalankan tugasnya ia selalu bertindak bijaksana tidak memberatkan rakyat, sehingga rakyat sangat mencintainya. Ia meninggal pada usia 102 tahun.

Akibat kebijaksanaan dan kejujurannya itu, Hok Tek Cing Sien kemudian diangkat Dhi Kong/Tuhan Yang Maha Esa menjadi Dho Tee Kong atau Dewa Bumi yang diberi tugas menjaga dan memelihara alam semesta. Kaum petani menganggap Dewa Bumi sebagai Dewa pelindungnya. Kaum pedagang memandangnya sebagai roh suci yang memasok rejeki. Dan masyarakat umum memandangnya sebagai pelindung keselamatan.

Penganut Tri Darma dari 46 klenteng dari berbagai penjuru Indonesia yang ikut ambil bagian dalam Perayaan Bwee Gee yang jatuh pada Cap Jie Gwee, atau tanggal 15 bulan 12 penanggalan Imlek ini seperti dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Palembang, Semarang, Manado Sulawesi Utara dan lain sebagainya. Banyaknya klenteng di tanah air yang ambil bagian pada perayaan dewa bumi di Kudus ini lantaran Klenteng Hok Tin Bio dianggap lebih tua dan punya aura kuat.

Saat acara kemarin, turut ditampilkan tampil sejumlah kesenian khas tionghoa seperti ritual tang sien (menyiksa diri dengan senjata tajam) yang diperankan umat Tridharma dari salah satu kelenteng.

Perayaan Bwee Gee diawali doa bersama jelang tutup tahun Imlek di depan KlentengHok Hien Bio. Lalu para peserta melakukan kirab dengan rute sejumlah jalan protokol di Kudus seperti Jalan Mangga, Jalan Sunan Kudus, Alun-alun Simpang Tujuh, Jalan A Yani dan kembali ke kelenteng. Masing-masing klenteng mengusung tandu yang berisi dewa bumi.

Liong Kuo Tjun, panitia acara menuturkan perayaan Bwee Gee merupakan ritual untuk berterima kasih kepada dewa bumi. “Perayaan yang dilakukan setiap setengah bulan sebelum Imlek ini dimaksudkan untuk penyampaian terima kasih kepada Dewa karena telah memberikan kami perlindungan dan rejeki,” jelasnya.

Kuo Tjun menambahkan, melalui perayaan ini, seluruh umat Tri Dharma berharap agar di tahun politik ini, Indonesia diberi ketenteraman, pihaknya berharap pada perayaan tahun ini turut hadir jemaah tamu dari 18 kelenteng se Nusantara. Bahkan, ada pula perwakilan kelenteng Malaysia yang ikut datang memeriahkan perayaan tersebut.

Ricky Soda Sanjaya , seorang peserta kirab menuturkan di perayaan tahun ini dirinya berharap agar tahun depan Indonesia akan lebih maju, rakyatnya makmur dan menjadi bangsa yang besar,”tandasnya. tom/