blank
Pengrajin sekaligus penjual terompet tahun baru, Pono, asal Desa Golo, Kecamatan Puhpelem, Kabupaten Wonogiri, mengeluh karena jualan terompet tidak laris seperti dulu.(suarabaru.id/bp)

KARANGANYAR – Era kejayaan termpet tahun baru telah berlalu. Ini dirasakan sangat memukul bagi para pengrajin dan penjual terompet. Termasuk Pono (65), penjual terompet asal Desa Golo, Kecamatan Puhpelem, Kabupaten Wonogiri, yang sejak Minggu (23/12) lalu telah berjualan di Pasar Wisata Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jateng. Meski pengunjung pasar ramai, tapi Pono sepertinya bernasib tersisihkan. Karena sepi, dia tertidur dalam posisi duduk dengan bersandar ke dinding tembok pasar.

Pono, pedagang terompet tahun baru asal Desa Golo, Kecamatan Puhpelem (sekitar 70 Kilometer arah timur laut Kota Wonogiri) ini, mendadak terbangun ketika serombongan keluarga yang membawa serta anak kecil, datang mendekat ke dagangan terompet yang dia pajang memakai jagrak bambu. Ini terjadi ketika si anak merengek minta dibelikan mainan terompet. ”Mangga silahkan pilih,” ujar Pono tergagap karena baru saja terjaga dari tidurnya. Belum sempat tanya harga terompet berapa, si Emak bergegas menarik anaknya untuk dibawa masuk ke dalam pasar, sambil berujar: ”Mari belanja dulu ke dalam pasar, belinya terompet nanti kalau pulang.”

Sejak H-2 Natal, Pono telah datang menjajakan terompet di Pasar Wisata Tawangmangu. ”Namun suasananya sekarang sepi, tidak selaris tahun-tahun yang lampau,” keluhnya. Bapak dari satu anak dan kakek dari dua cucu ini, mengaku sejak geger G 30 S/PKI Tahun 1965 sudah berjualan terompet tahun baru ke berbagai kota yang memiliki keramaian. Dulu dia biasa membawa 1.000 terompet dan dipastikan habis ketika menjelang malam pergantian tahun baru.

”Sekarang ini hanya membawa 250 terompet,” ujarnya sembari menyebutkan, dua hari berjualan di Pasar Wisata Tawangmangu belum satu pun yang terjual. Meskipun keberadaannya di depan Pasar Tawangmangu hanya Pono sendiri yang berjualan terompet tahun baru. Harga terompet yang dijajakan termurah Rp 5 ribu, yang dilengkapi kepala naga, kepala ayam jago dan kupu-kupu masing-masing dipasang harga Rp 15 ribu. Pono juga menjajakan terompet bikinan Tiongkok yang dilengkapi dengan tabung berpompa, harganya Rp 45 ribu.

Kejayaan berjualan terompet tahun baru telah lewat. Dulu, tutur Pono, orang sekampung rama-ramai berjualan terompet tahun baru. Ini karena berjualan terompet menjelang tahun baru dijamin dapat untung lumayan. Bermodal jualan kambing, pulang dapat membeli sapi. ”Tapi belakangan sepi, dari kampung saya yang berjualan hanya tinggal tiga orang saja,” ujarnya. Disamping bertindak sebagai penjual, Pono, juga tampil menjadi pengrajin. Istrinya yang berdiam di rumah, ikut membantu membuat terompet berbahan kertas. Termasuk membuat empet, yakni komponen terompet penimbul bunyi yang terbuat dari potongan galah bambu wuluh yang diberi selipan kertas kecil.

Sejak terompet buatan Tiongkok membanjiri Indonesia, para pengrajin tidak lagi membuat komponen empet. Mereka lebih suka membeli komponen empet dari Negeri Tirai Bambu, yang relatif lebih kuat, lebih awet dan bunyinya lebih nyaring melengking. ”Kami tinggal merakitnya sesuai bentuk yang diinginkan,” tutur Pono. Sebagai pengrajin terompet, dia masih ingat betul ketika menerima order dalam jumlah banyak. Ini karena Menteri Pariwisata waktu itu, Soesilo Soedarman, menyerukan agar semua hotel di Indonesia merayakan malam old and new year dengan membagi-bagikan terompet kertas buatan pengrajin terompet Wonogiri kepada para tamunya. Tapi sekarang kondisinya berbalik, banyak tokoh yang melarang menyambut tahun baru memakai terompet.

Di Kabupaten Wonogiri, sentra pengrajin terompet berada di Kecamatan Bulukerto dan Puhpelem. Hampir semua warga membuat kerajinan terompet untuk penyambutan tahun baru. Terompet hasil buatannya, kemudian dijual ke kota-kota besar, bahkan sampai ada yang melintas pulau yakni ke Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulwesi, NTB dan NTT. Tapi sekarang, itu tinggal menjadi kenangan saja. Karena sepi, hanya sebagian kecil saja warga asal Wonogiri yang masih setia berjualan terompet tahun baru.(suarabaru.id/bp)