blank
Liem Chie An (King Kong) bersama Walikota Semarang Hendrar Prihadi, dan Pimred Kompas Budiman Tanuredjo.

Lewat Marathon, King Kong Ungkapkan Cinta Negeri

Oleh :Amir Machmud NS

ANDA boleh memanggil namanya Gie An, Chie An, atau King Kong. Sama saja, dengan ketiga nama tersebut, Liem Chie An identik dengan dunia lomba lari bertaraf internasional. Juga identik dengan penyelenggaraan inter-hash, sebuah kegiatan bergembira dengan berolahraga di alam terbuka.

Tak berjeda lama dari Borobudur Inter-Hash dan Borobudur Marathon, November lalu, Minggu (16/12) kemarin King Kong juga terlibat dalam gelaran Semarang Gets10K, lomba lari 10 kilometer dengan spirit tema yang sama dengan event di Borobudur. Baik marathon di Magelang maupun lari 10K di Semarang itu sama-sama memuat semangat sport tourism.

Kemasan olahraga dan pariwisata ini membawa pesan: lomba tidak hanya mengeksplorasi aturan dan nilai-nilai olahraganya, tetapi juga spirit memasarkan destinasi-destinasi wisata di suatu daerah. Dari sisi peserta, mereka berlari sambil beriwisata. Sementara dari sisi penyelenggara dan pemangku kepentingan, mereka mengefektifkan pemasaran pariwisata dengan memanfaatkan berkumpulnya runnersdari berbagai penjuru dunia dan pelari-pelari domestik.

Di titik pusaran sport tourism itulah Liem Chie An memosisikan diri. Simaklah apa yang dia sampaikan tentang keterlibatannya dalam enam kali Borobudur Marathon. “Wujud cinta kepada daerah, provinsi, dan negara itu bisa bermacam-macam. Saya memilih untuk ikut makin menduniakan Borobudur di daerah kelahiran saya lewat marathon ini,” ungkapnya.

Chie An memang bukan orang yang suka berbla-bla-bla lewat statemen-statemen bombastis tentang keterlibatannya itu. Seperti yang juga dia ungkapkan tentang Semarang Gets 10K, “Karena Pak Wali Kota (Hendrar Prihadi) betul-betul meminta saya ikut, lantaran tahu keikutsertaan saya dalam Borobudur Marathon, ya akhirnya saya bersedia…”

Penampilan keseharian King Kong cenderung introvert, pemalu, dan suka merendah. Bahkan ketika diminta tampil dalam konferensi pers atau pidato dia mengaku mengalami kesulitan. “Saya bagian di lapangan saja,” selorohnya, suatu ketika.

Cinta Negeri

Dia mengungkapkan, khususnya lewat peransebagai Ketua Yayasan Borobudur Marathon, ingin mengungkapkan rasa cinta kepada negara. Tekad makin menduniakan Borobudur merupakan salah satu wujud sikap tersebut. Dia mengakui, pilihan sikap itu antara lain dipengaruhi oleh sejumlah tokoh yang memberi pencerahan dan dorongan. Terdapat segi-segi mendasar tentang rasa cinta Tanah Air itu yang berkerangka sebagai kombinasi sikap yang mewujudkan filosofi, visi, dan target-target.

“Pak Kardiono, purnawirawan jenderal yang tinggal di Magelang merupakan tokoh utama yang sangat mempengaruhi pikiran dan sikap saya mengapa mau terlibat dalam penyelenggaraan Inter Hash dan Borobudur Marathon. Beliau bukan sekadar sahabat, tetapi guru hidup saya,” kata Chie An sembari menyebut pula sejumlah nama yang dia anggap sebagai guru, baik secara langsung maupun dalam interaksi pergaulan keseharian, maupun pembelajaran hidup secara tidak langsung.

Ke depan, katanya, Borobudur Marathon, juga event seperti Semarang 10K mesti harus terus beranjak dari kualitas penyelenggaraan yang sekarang menuju ke arah yang makin setara dengan parameter marathon dunia. Bersama event organizer (EO) yang berkelas seperti sekarang, Chie An bergandeng tangan. Setiap saat mengamati, mempelajari, bahkan mengadakan studi banding ke marathon berkelas dunia yang sejauh ini telah menggaung sebagai ajang sport tourism di negara-negara penyelenggaranya.

Peran semua stakeholder, terutama yang memfokus pada olahraga dan dunia pariwisata, tak bisa ditawar-tawar mesti dikoordinasikan lewat kekuatan kolaboratif, yakni pemerintah, yayasan, EO, sponsor, penyandang dana, juga masyarakat setempat.

Manfaatnya boleh jadi memang belum dirasakan sekarang, karena sebagai bagian dari proses sosialisasi dan transformasi pemasaran, akan berlangsung testimoni-testimoni tentang kesan profesionalitas penyelenggaraan, respons masyarakat, dan semua perangkat pendukung. Hakikatnya, lomba-lomba lari itu akan mencakup pula semangat living tourism yang akan drasakan langsung oleh para peserta. Dan, itu menjadi bagian dari mekanisme alamiah public relationship.

Khusus untuk Liem Chie An, komitmen keterlibatan sebagai ungkapan cinta Tanah Air, barang tentu wajib didukung oleh semua pemangku kepentingan demi visi pengembangan dua dunia: olahraga dan pariwisata.(suarabarau.id/ Amir Machmud NS, wartawan Suara Merdeka dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah