blank
KERJA KERAS : Perugas Dinkes kerja keras melaksanakan fogging di pemukiman penduk di Kelurahan Tempelen, Kecamatan Kota Blora, Jumat (14/12). Foto : Wahono

BLORA – Demam berdarah dengue (DBD) mulai mengganas di Blora. Daerah sebaran endemik DB  semakin meluas di 16 kecamatan, mengharuskan Dinas Kesehatan (Dinkes), mulai aktif melakukan fogging di banyak lokasi.

Angka terakhir masuk Dinkes setempat sampai Jumat, 14 Desember 2018,  terdapat 295 penderita DBD, lima penderita meninggal dunia (MD), penderita lainnya dalam perawatan di rumah sakit (RS) di Blora dan RS lainnya. “Kasus DBD mulai meningkat, sampai pekan kedua Desember 2018 sudah ada 295 kasus, lima penderita meninggal,” beber Kepala Dinkes Kabupaten Blora, Hj. Henny Indriyanti.

Menurut Henny, kasus terbaru muncul Kelurahan Tempelan, Kecamatan Kota Blora delapan penderita, dan di Kecamatan Kunduran tujuh kasus. Henny mengakui, wilayah Kabupaten Blora termasuk daerah rawan demam berdarah, bahkan Dinkes mewaspadai siklus lima tahunan yang biasanya terjadi pada Januari-Februari. “Jajaran kami terus bergerak mengantisipasinya, baik memperbanyak sosialisasi pencegahan, dan aktif fogging,” katanya.

Untuk itu, Dinkes menghimbau warga mewaspadai merebaknya penyakit DBD, sebab pada Januari-Februari 2019 diperkirakan puncak musim penghujan, sehingga perlu dilakukan pencegahannya secara meluas dan serempak.

Waspada

Untuk kasus DBD sampai pekan kedua Desember 2018, lanjutnya, adalah berdasar data masuk dari laporan rumah sakit dan Puskesmas yang di Kabupaten Blora. Tentu ada kemungkinan terdapat penderita lain yang dirawat di RS luar daerah, dan data penderitanya tidak masuh ke Dinkes Blora, jelas Henny.

Menuruntya, Dinkes sudah memberi peringatan pada warga agar selalu waspada BDB jauh-jauh hari, karena aat musim hujan banyak genangan atau kubungan air, ini bisa menjadi media tumbuh kembangnya nyamuk aedes aegypti. Terkait 195 kasus DBD, lanjutnya, menyebar hampir di 16 kecamatan se-Blora. “Untuk data rinci perkecamatan, besok di kantor saja ya,” kata Henny Indriyanti.

Dinkes, lanjutnya, berharap tidak terjadi wabah DBD dalam sikulus lima tahunan. Maka tindakan utama yang perlu dilakukan warga mencegah penyakit tersebut, adalah dengan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Menurut Henny, fogging (pengasapan) itu hanya bagian dari upaya pencegahan, terpening adalah dengan gerakan menutup, menguras dan mengubur media (3M) di tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti. “Fogging hanya membunuh nyamuknya saja, tidak sampai jentik-jentik (bibit) nyamuk, terpenting adalah 3M itu,” pungkas Kepala Dinkes Blora, Hj. Henny Indriyanti.(suarabaru.id/wahono)