blank
Kiai Hanief Ismail Lc (tengah) dan Kiai Muhyiddin (kanan) saat menyampaikan pemikirannya tentang potensi remaja masjid.

SEMARANG– Dua masjid besar di Jawa Tengah yakni Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) dan Masjid Agung Semarang (MAS) mengimbau para takmir masjid dan musala untuk saatnya mengoptimalkan potensi remaja untuk berkiprah memakmurkan masjid. Mengingat masih banyak masjid ditinggal  para remaja karena aspirasi mereka belum terakomodasi. Saatnya remaja dilibatkan dalam pemakmuran masjid.

Hal tersebut dikemukan Sekretaris DPP MAJT Drs KH Muhyiddin MAg dan Ketua Takmir MAS KH Hanief Ismail Lc, pada dialog interaktif ‘Ulama Menyapa’, di studio TV Kampus Udinus (TVKU), Senin (3/12/2018). Dialog yang menjadi program MUI Jateng setiap Senin pagi, dipandu host Myra Azzahra. Kedua tokoh MAJT dan MAS tersebut menegaskan, MAJT dan MAS termasuk masjid yang memiliki remaja yang aktif baik dari sisi waktu hingga program kegiatan. Para remaja merasa aspirasinya terwadahi di MAJT dan MAS.

“Menilai masjid makmur atau tidak secara sepintas tolok ukurnya dapat diketahui dari aktif dan tidaknya para remajanya. Bila aktif, maka masjid tersebut disebut makmur, namun bila ditinggalkan pemudanya, yang terjadi masjid selalu tampak sepi tanpa gairah. Inilah pentingnya kesadaran merangkul remaja yang keren dengan sebuatan generasi gadget,” tegas Kiai Muhyiddin yang juga Sekum MUI Jawa Tengah.

Kiai Hanief Ismail menambahkan, idealnya dalam ketakmiran ada program kesekretariatan, peribadatan dan pemeliharaan. Maka mustahil kerja ketakmiran bila hanya ditangani satu atau dua orang. Harus melibatkan semua pihak. Apalagi di era gadget ini, idealnya semua masjid-musala memasilitasi generasi muda dengan IT agar betah ‘nongkrong’ di masjid-musala.

Kedua kiai tersebut menyontohkan keaktifan remaja masjid Rizma yang dimiliki MAJT dan Karisma (MAS), masing-masing memiliki program kerja yang padat termasuk yang utama pengajian dan pemberdayaan remaja secara intensif dan luar biasa. Semua digencarkan oleh remaja secara mandiri, sedangkan para takmir mendukung termasuk anggaran.

“Di MAS, Karisma memrogramkan kataman Alquran sepekan dua kali, tapi realisasinya dapat mencapai 5 kali katam. Karena mereka menggunakan jaringan kalangan remaja untuk terlibat memanfaatkan potensi medsos,” jelas Kiai Hanief Ismail.

Intinya, lanjut Kiai Muhyiddin, saatnya generasi gadget diperankan untuk memaksimalkan pemakmuran masjid-musala. Jangan biarkan generasi tersebut menjauhi tempat ibadah ini gara-gara komunikasi yang tidak menyambung dengan takmir.

Terlebih, tegas Kiai Hanief Ismail,  masjid-musala harus terbebas dari paham radikalisme agama maupun radikalisme sekuler dengan mempertahankan nilai-nilai wasathiyah atau Islam yang moderat. Untuk itu, memakmurkan masjid jangan hanya menggunakan pendekatan religi saja, namun harus dikembangkan pula nilai sosial dan budaya.

“Bila masjid mengembangkan barzanji, memukul bedug serta puji-pujian setelah dikumandangkan azan hingga menunggu salat berjamaah, itu merupakan ajaran Islam sekaligus mengembangjan kearifan lokal sebagai metode dakwah yang efektif kepada masyarakat,” tandasnya.(suarabaru.id/sl)