blank
Bersamaan dengan peringatan Hari AIDS se dunia, jajaran aparat DKK Wonogiri, turun ke jalan untuk membagi-bagikan brosur berisi materi penanggulangan dan pencegahan HIV-AIDS. Kepala Puskesmas Wonogiri, dokter Pitut (kanan), ikut membagi-bagikannya kepada para pengendara yang berhenti di lampu merah bangjo.(suarabaru.id/bp).

WONOGIRI – Dalam HIV-AIDS, Provinsi Jateng menduduki peringkat empat tingkat nasional. Rangking pertama diduduki oleh DKI Jakarta, kedua Jatim dan ketiga Papua. Di Kabupaten Wonogiri, untuk tahun ini terdata ada sebanyak 443 kasus HIV/AIDS, terdiri atas 312 orang penderita masih hidup atau kurang lebih sebanyak 70 persen, dan sebanyak 131 orang penderita meninggal (30 persen).

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Wonogiri, dokter Adhi Dharma, dalam rangka memperingati Hari Aids se dunia Tahun 2018, Sabtu (1/12) dilaksanakan serangkaian kegiatan. Yakni sosialisasi pencegahan dan kampanye penanggulangan HIV-AIDS, serta acara talkshow yang digelar di pendapa Kabupaten Wonogiri dan melalui studio siaran Radio Giri Swara (RGS) Wonogiri.

Untuk talkshow melalui siaran langsung dari studio RGS, melibatkan pula istri Bupati Wonogiri, Ny Verawati Joko Sutopo, selaku Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kabupaten Wonogiri. Sabtu malam (1/12), digelar panggung musik di Alun-alun Giri Krida Bakti depan Kantor Bupati Wonogiri, yang ikut melibatkan para awak band pelajar dan pemusik dari kawula muda.

Dalam acara talk show di pendapa Kabupaten Wonogiri, dihadiri Wakil Bupati Wonogiri Edy Santosa, Dandim 0728 Wonogiri yang diwakili Pasi Ops Kapten (Arm) Yadiman, Kapolres yang diwakili Kasubagpers AKP Sutrisno bersama jajaran Forkompinda. Juga hadir Asisten Sekda Edi Sutopo, Kepala DKK dokter Adhi Dharma, Ketua Forum Kerukuan Umat Beragama (FKUB) Wonogiri, Sutopo Broto, para direktur Rumah Sakit (RS) bersama para pimpinan Puskesmas se Kabupaten Wonogiri, berikut perwakilan pelajar dari sejumlah sekolah jenjang SMA/SMK Kabupaten Wonogiri.

Kasus HIV-AIDS ibarat gunung es, bisa jadi jumlah riil penderitanya melebihi dari yang telah terdata. Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Wonogiri, IG Budiyanto, menyatakan, Kabupaten Wonogiri memasuki lampu kuning untuk penularan penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV)-Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Tahun 2001, jumlah penderitanya hanya 2 orang. Kemudian pada Tahun 2007 meningkat menjadi 4 orang. Dalam kurun waktu sepuluh tahun kemudian, jumlahnya melonjak berlipat-lipat. Data terkini sampai dengan September 2018, di Kabupaten Wonogiri ada sebanyak 171 kasus HIV dan 271 AIDS atau totalnya 443 orang. Perinciannya sebanyak 245 pria dan 198 wanita.

Menyikapi hal tersebut, Wakil Bupati Wonogiri, Edy Santosa, menyerukan, agar semua pihak terpanggil untuk bersama-sama dalam melakukan penanggulangan HIV-AIDS. Kepada Orang Dengan HIV AIDS (Odha) harus mendapatkan pendampingan. ”Mereka jangan dikucilkan, tapi harus kita rangkul untuk ikut dilibatkan dalam upaya penanggulangan,” tegas Wakil Bupati, Edy Santosa. Bersama itu, diseru untuk membentuk WPA (Warga Peduli AIDS) yang di semua desa di Kabupaten Wonogiri.

Peran WPA, dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang apa itu HIV-AIDS dan cara penanggulangannya. ”Sehingga kita dapat meminimalisir dan melalui langkah pencegahan secara dini,” tandas Wakil Bupati Edy Santosa. Dalam kesempatan tersebut, diserahkan bantuan uang Rp 10 juta kepada Ny Tiyarsih yang merupakan salah satu anggota Odha dari Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri.(suarabaru.id/bp)