blank
Bupati Wonogiri Joko Sutopo (kedua dari kanan) mendengarkan paparan data kekeringan, untuk selanjutnya dibahas bersama pejabat terkait dalam rapat penanggulangan kekeringan yang digelar di Kantor Bappeda Litbang Kabupaten Wonogiri.(SMNet.Com/bp)

WONOGIRI – Pemkab Wonogiri, menyiapkan rencana besar atau grand design untuk mengentaskan lilitan bencana kekeringan yang selalu melanda masyarakat setiap datang musim kemarau. Utamanya warga yang tinggal di wilayah Wonogiri selatan. Penyiapan grand design ini, menyangkut pemetaan wilayah kekeringan lengkap dengan data warga yang kesulitan air, berikut pendataan potensi sumber bersih dan rencana eksploitasinya, sebagai solusi penuntasan kekeringan secara terprogram dan berkelanjutan.

Bupati Wonogiri Joko Sutopo, menginginkan, problem kekeringan yang tak kunjung terpecahkan tuntas meski Indonesia telah merdeka selama 73 tahun ini, dapat segera dicarikan solusi penanganan secara permanen. Yakni dengan memanfaatkan potensi sumber air bawah tanah yang ada, untuk dieksploitasi demi pencukupan kebutuhan air bersih bagi warga masyarakat. Rencana penanggulangan kekeringan secara tuntas ini, akan memerlukan dana sekitar Rp 80 miliar, dan dijadikan bagian tak terpisahkan dalam program pengentasan kemiskinan masyarakat. Ditargetkan, pada Tahun 2020 mendatang, problem kekeringan di Wonogiri selatan dapat tertuntaskan.

Sebagaimana pernah diberitakan, sebanyak 47.944 jiwa (13.712 KK) penduduk Kabupaten Wonogiri, kini dilanda kekeringan. Mereka yang kesulitan memperoleh pemenuhan air bersih ini, tersebar di 31 desa, di tujuh dari 25 kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, menyatakan, untuk warga yang tinggal di desa-desa yang belum ada fasilitas ledeng pedesaan, dilayani memakai mobil tangki.

Data kekeringan di Wonogiri, belakangan dilaporkan cenderung telah berkurang, terkait dengan ada pemanfaatan potensi sumber air bawah tanah dan upaya memaksimalkan fasilitas ledeng pedesaan. Tahun 2015, peta kekeringan melanda di 39 desa di delapan kecamatan, pada Tahun 2017 menyusut menjadi 37 desa di delapan kecamatan, sedangkan pada Tahun 2018 menyusut lagi menjadi 31 desa di tujuh kecamatan.

Ketua Komisi 3 DPRD Wonogiri, Bambang ‘Kingkong’ Sadriyanto, menyatakan, melalui APBD Wonogiri Tahun 2018 dianggarkan dana penanggulangan kekeringan sebanyak Rp 13 miliar. Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Giri Tirta Sari Kabupaten Wonogiri, Sumardjo, menyatakan, telah menyerahkan grand design penuntasan problem kekeringan di Wonogiri selatan kepada Pemkab Wonogiri. ”Kami telah berupaya memetakan rencana pengelompokkan jangkauan di wilayah timur dan barat. Timur memanfaatkan potensi sumber Waru dan Banyutowo, wilayah barat memanfaatkan sumber air dari Seropan Gunungkidul dan dari Luweng Sanga,” jelas Sumardjo sembari menyebutkan pola pengelompokan ini berorientasi agar distribusi ledeng pedesaan dapat lebih efektif dan efisien.

Distribusi ledeng pedesaan dari Sumber Waru dan Banyutowo, diarahkan untuk pencukupan warga di wilayah Kecamatan Paranggupito dan Giritontro. Kemudian sumber air dari Luweng Sanga dan dari Seropan Gunungkidul untuk pencukupan warga di Kecamatan Pracimantoro. Warga yang mendapatkan suplai air ledeng pedesaan diberlakukan tarip khusus, yakni Rp 9 ribu per Meter Kubik (M3). Kata Sumardjo, tarip ini masih jauh di murah dibandingkan dengan pelayanan air memakai mobil tangki, yang per tangki rata-rata Rp 150 ribu untuk kapasitas 5.000 liter. Atau per M3-nya seharga Rp 30 ribu. Bahkan ledeng pedesaan Banyutowo yang dikelola warga, taripnya Rp 13 ribu/M3.

Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan, saat ini telah dilakukan upaya menambah jam operasional mesin pompa yang menyedot air dari Sumber Waru, yang sebelumnya hanya selama 10 jam menjadi 20 jam. Dengan demikian volume suplai air dapat ditingkatkan secara signifikan. Yakni peingkatan pelayanan dari semula terbatas hanya melayani sebanyak 4.032 jiwa warga dapat ditingkatkan menjadi sebanyak 7.392 jiwa. Suplai air ledeng pedesaan dari Luweng Sanga juga ditingkatkan sehingga mampu menjangkau pelayanan sebanyak 11.940 jiwa. Dari sumber Seropan, dikembangkan jangkauannya untuk pelayanan sebanyak 9.475 jiwa.(suarabaru.id/bp)