blank
BERINDIL : Inilah pohon kelapa yang berindil, rusak, dna mati diserang hama kwang-wung di Desa Banat, Kecamatan Todanan, Blora. Wahono

BLORA – Hama kwang-wung menyerang pohon kelapa di Blora. Akibatnya  banyak tegakan yang rusak, berindil, dan  mati. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat, berusaha keras mengendalikan, dan menanam ulang.

Sebelumnya, pada 1980-1990-an tanaman kelapa di kabupaten penghasil kayu jati itu masih seluas 15.338 hektar, tapi lambat laun terus berkurang tinggal sekitar 1.796 hektar akibat diserang binatang mematikan tersebut.

“Hama kwang-wung makin berkurang, bertahap Dinas Pertanian bersama petani berusaha mengembalikan luasan lahan kelapa,” jelas Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat, Supoyo, Rabu (21/11).

Menurutnya, serangan hama kwang-wung (oryctes rhinoceros SP) di batang kelapa, paling parah terjadi di kecamatan Todanan, Jepon, Ngawen, Kunduran, Tunjungan, dan merata di kecamatan lainnya.

Bahkan serangan hama kwang-wung terhadap tanaman kelapa, lanjut Supoyo,  terjadi hampir di semua daerah yang jauh dari pantai (lautan).

Daea itu seperti Blora, Grobogan (Jateng) dan Ngawi, Madiun, Tulungagung (Jatim) hampir semua daerah itu tanaman kelapanya mengalami hal yang sama.

Cendawan

Untuk daerah-daerah pesisir (pinggiran laut), terutama pantai utara dan selatan Pulau Jawa, tanaman kelapa cukup aman, karena udaranya mengandung uap air laut dengan kadar garamnya mengembang.

“Pohon kelapa di daerah dengan uap air laut kadar garamnya mengembang, dihindari oryctes rhinoceros SP,” tambah Supoyo.

Rusaknya tegakan pohon kelapa di Blora, sebenanrya sudah terjadi jangka 15 tahun tahun berjalan, dan menyerang di 16 kecamatan di kabupaten paling timur di Jateng itu.

Untuk mengantisipasinya , dilakukan penanggulangan dengan penebangan pohon yang terserang kwang-wung, disusul sanitasi terhadap pohon-pohon yang ada.

Selain itu, Dinas Pertanian menganjurkan petani menyebar cendawan metarizium, sejenis jamur di tempat/lokasi kotoran ternak, karena bisa membunuh larva kwang-wung yang berkembang di timbunan kotoran ternak.

“Mengolah kotoran ternak dengan baik, juga salah satu cara mempersempit perkembangan hama kelapa,” tambah Supoyo.

Dikauinya, populasi pohon kelapa di Blora kalah dibanding Rembang, dan Pati, karena dampak hama kwang-wung merusak pohon kelapa yang sebelumnya tumbuh subur di Blora.

Selain melakukan pencegahan hama pembunuh nomor satu pohon kelapa, Dinas Pertanian berupaya mengembangkan dengan memberi bentuan bibit kelapa kepada warga, dan tiga tahun lagi akan mulai berbuah.

Data pohon kelapa tanaman akhir tahun (2017) di Blora seluas 1.776,35 hektar, tanaman baru 103,60 hektar, dengan perkiraan tiga tahun kedepan sudah bisa dipanen.(suarabaru.id/wahono)