blank
POSE BERSAMA: Ketua Yayasan Borobudur Liem Chie An dengan Dirut Bank Jateng Supriyatno, Kadisporapar Urip Sihabudin, dan tim Kompas

MAGELANG – Event lari Borobudur Marathon dalam lima tahun ke depan diproyeksikan bisa menjelma seperti Tokyo, Berlin, atau Boston Marathon yang masuk dalam kalender World Marathon Majors (WMM). Saat ini, ada enam marathon yang diakui dunia, yaitu Tokyo, Berlin, Boston, London, Chicago, dan New York City Marathon.

‘’Beri kami waktu lima tahun dari sekarang, agar Borobudur Marathon bisa sekelas Tokyo Marathon yang sudah mendunia,’’ kata Ketua Yayasan Borobudur Marathon, Liem Chie An dalam konferensi pers di Hotel Artos Magelang, Sabtu (17/11).

Selain Chie An, hadir dalam acara tersebut Kadisporapar Jateng Urip Sihabuddin, Dirut Bank Jateng Supriyatno dan Pemred Kompas Budiman Tanuredjo.

Chie An yang boleh dikatakan sebagai ‘founding father’ Borobudur Marathon tersebut menyampaikan terima kasih kepada para mitra dan sponsor, sehingga event ini bisa diikuti oleh para pelari dari berbagai negara di dunia.

Pria yang juga akrab dengan panggilan King Kong itu mengakui, guna mewujdukan event berkelas WMM dibutuhkan persiapan panjang. Saat berkunjung menyaksikan Tokyo Marathon, ia merasakan atmosfer lomba lari tersebut yang begitu dahsyat, dan orang mengantre untuk ikut. Selain disiarkan oleh televisi, marathon tersebut juga memberikan dampak signifikan dalam perputaran uang selama lomba itu berlangsung.

Di bagian lain, Dirut Bank Jateng Supriyatno mengakui untuk mendanai Borobudur Marathon pihaknya memang “ngos-ngosan”. Namun karena event ini memberi dampak yang luas bagi masyarakat, salah satunya mengangkat Borobudur di tataran internasional, maka pihaknya tidak ragu untuk mendukung.

‘’Ada dampak ekonomi dan wisata, karena ini bukan lomba lari biasa. Kami tentu terpanggil untuk turut memberikan dukungan,’’ katanya.

Impian Bersama

Budiman Tanuredjo menyebut, mengangkat Borobudur Marathon agar setara dengan WMM sesungguhnya impian bersama semua masyarakat Indonesia. Dan sekarang, event ini pun menyedot pelari untuk datang.

‘’Di sini ada peserta tertua Judith van Ginkel 85 tahun dari Belanda, dan peserta termuda Alifdion Surya yang berusia lima tahun. Ini artinya, Borobudur sudah memiliki daya pikat, dan mari kita dukung,’’ ucapnya.

Urip Sihabuddin mengakui, marathon ini memberi dampak yang besar bagi dunia pariwisata dan perekonimian Jateng. Dia mencontohkan bagaimana semua penginapan di Magelang full oleh peserta.(suarabaru.id/sl)