blank
Penelitian batuan rawan ambles di Kecamatan Eromoko dan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri,, dilakukan oleh tim PVBMG dari Badan Geologi Bandung.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Pihak Badan Geologi Bandung, kini melakukan serangkaian pengecekan, penelitian dan kajian, serta pemetaan struktur kontur tanah batuan, termasuk potensi luweng yang rawan ambles di dua wilayah Kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Yakni di Kecamatan Eromoko dan Kecamatan Pracimantoro. Ini dilakukan oleh tim teknis dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) atau Centre of Volcanology and Geological Hazard Mitigation.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, kegiatan tersebut telah dilakukan mulai Minggu (11/11) dan direncanakan akan berlangsung selama dua sampai tiga hari ke depan. Lokasinya berada di 4 titik yang kesemuanya termasuk wilayah  Dusun Ngringin, Desa Basuhan, Kecamatan Eromoko, dan Dusun Joho Kidul, Desa Joho, Kecamatan Pracimantoro, semuanya di wilayah Kabupaten Wonogiri.

Kabupaten Wonogiri, setidak-tidaknya ada lima dari 25 wilayah kecamatan yang berpotensi rawan ambles dan longsor. ”Sebenarnya ada lima wilayah kecamatan, tapi ini diawali lebih dulu dari Kecamatan Eromoko dan Kecamatan Pracimantoro,” jelas Bambang Haryanto. Hasil kajian Tim PVBMG tersebut, nantinya diharapkan menjadi pedoman atau acuan dalam merencanakan langkah mitigasi bencana. Utamanya, pada lokasi yang masuk dalam peta wilayah potensi rawan patahan batuan, berikut tanah diatasnya menjadi rawan ambles. Hal ini penting, mengingat lokasi patahan tersebut ada yang berada di bawah lokasi bangunan rumah, yang membahayakan bagi warga yang menghuninya. Terlebih lagi, pada musim datangnya rendengan (penghujan) sekarang ini, kewaspadaan terhadap ancaman bencana alam tanah longsor dan batuan yang ambles, perlu ditingkatkan sebagai antisipasi mengurangi resiko bencana.

Disebutkan oleh Kepala BPBD Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, dalam sepekan terakhir ini terjadi adanya peningkatan kejadian cuaca. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menyajikan data monitoring kondisi iklim yang berkaitan adanya peningkatan yang signifikan. Yang itu ditandai kemunculan hujan lebat dan sangat lebat yang terjadi di sebagian wilayah Indonesia, dan berdampak memunculkan genangan air, banjir, dan longsor.

Potesi hujan dengan intensitas lebat, berpeluang terjadi dengan disertai petir dan angin kencang, yang berpotensi dapat mengakibatkan bencana hidrometeorologi, seperti kemunculan genangan, banjir, longsor, banjir bandang dan puting beliung serta jalan menjadi licin. Kondisi cuaca seperti ini, dipicu oleh adanya aktifitas aliran massa udara basah dengan Fenomena Madden Jullian Oscillation (MJO), dari Samudera Hindia sebelah barat Sumatera, menuju ke wilayah Indonesia bagian barat dan tengah, yang menyebabkan kondisi atmosfer wilayah tersebut sangat basah.

Di tingkat skala lokal, proses konveksi atau pemanasan dan penguapan lokal, juga turut mendukung adanya pembentukan dan pertumbuhan awan-awan pemicu terjadinya hujan. Adanya pola sirkulasi angin tertutup (siklonik) yang berada di Samudera Hindia perairan barat Sumatera dan Laut Cina Selatan bagian barat perairan Kepulauan Natuna, mempengaruhi pola pergerakan angin sehingga terbentuk pola belokan, pertemuan dan perlambatan angin di beberapa wilayah. Kondisi ini, mengakibatkan peningkatan curah hujan yang signifikan di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.(suarabaru.id/bp)