blank
SHORT :Para peserta Borobuduru Interhash Reunion 2018 kategori short saat dilepas Liem Chie An (keempat dari kiri) di dampingiKapolsek Borobudur AKP Didi Dewantoro

MAGELANG-Meriah dan guyub.  Itu tergambar ketika ribuan hasher Borobudur Interhash Reunion dilepas 2018 dilepas dari Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Tuksongo,  Borobudur,  Kabupaten Magelang,  Sabtu (27/10) .

Hash adalah kegiatan melintasi alam di kawasan yang tak jauh dari Candi Borobudur, salah satu tempat wisata yang pernah masuk kategori tujuh keajaiban dunia.

Hasher-sebutan peserta hash terlihat bergembira dan antusias menyusuri rute persawahan,  perbukitan dan sungai. Bahkan sebelum berangkat peserta menyempatkan menari tari Maumere yang sedang hits.

Warisan (50), peserta dari Medan mengaku menyukai hash karena berbagai alasan.  Pertama,  dia mengaku memiliki kesempatan keliling Indonesia dan dunia.  Kedua,  mempererat persahabatan.

”Kami datang dengan spirit yang sama,  yaitu persaudaraan. Kita adalah saudara meskipun beragam bangsa dan budaya.  Anda siapa,  saya siapa,  itu tak penting.  Bos sama orang biasa adalah setara di sini, tidak ada perbedaan kasta apalagi ras. Berkumpul dan bersenang-senang, ”  katanya.

Pria yang biasa dipanggil Codet itu menjelaskan sudah dua hari tiba di Magelang.  Dia melihat Magelang punya potensi besar sebagai destinasi wisata dengan keindahan alamnya.

Di bagian lain,  penggemar hash dari Penang  Malaysia,  Astiwan (50) ada kerinduan setiap kali ada Borobudur hash.

‘Saya tidak tahu,  mengapa Borobudur selalu menarik perhatian saya untuk datang.  Hash memberikan saya kesempatan ke sini,  dan setiap pulang saya bercerita ke kawan-kawan bagaimana eloknya Borobudur, ”  tandasnya.

Menduniakan Borobudur

Menurut pengggagasnya, Liem Chie An atau sering dipanggil  Gie An, Interhash Reunion digelar  untuk memperingati ulang tahun ke-25 Magelang House Hash Harriers. Kegiatan ini terbagi dalam terbagi tiga  bagian . Yakni short (3-4 kilometer), long (7-10 kilometer), superlong (21kilometer).

“Untuk rute pendek, start dari kawasan Balkondes Tuk Songo menuju kawasan Candi Borobudur,  rute panjang dari kawasan Balkondes Tuksongo dan kembali ke Tuksongo”, kata Liem Chie An.

Bagi Chie An kegiatan ini menjadi bagian dari upaya makin menduniakan Borobudur sebagai asset peninggalan sejarah budaya bangsa, sehingga masyarakat dunia makin dekan dan akrab dengan Borobudur.(suarabaru.id/sl)