blank
21 METER : Inilah pekerjaan tim (tukang) pembuat sumur bor saat mengebor sumur baru kedalaman sekitar 21 meter di Keluarahan Jetis, Kecamatan Kota Blora. Foto : Wahono

BLORA –  Dampak musim kemarau terasa semakin menyesakkan masyarakat. Bencana kekeringan tahunan ini, memaksa warga Blora pontang-panting mencari air untuk keluarganya, lantaran sumur, embung dan sungai mengering.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mendata, warga di 200 dari 295 desa/kelurahan atau sekitar 160.000 kepala keluarga (KK) di Blora, masuk peta terdampak kekeringan.

Warga desa yang sebelumnya mengandalkan air sungai dengan membuat belik (sumur gowak), dan bendung kecil untuk penampungan juga mengering, kini mereka harus ngluruk mencari sumber air di tempat (desa) lain.

“Sudah dua bulanan, embung, sumur, sungai mengering, saya dan para tetangga ngluruk ke desa sebelah,” ungkap Sutriman (44), warga Sambongrejo, Kecamatan Ngawen, Blora.

Juga diungkap Sriyono (45), warga Tunjungan, Blora, mengaku 1,5 bulan terakhir pontang-panting mencari air ke desa tetangga, karena sumurnya tidak keluar air.

“Sering juga beli rombongan dengan mobil air, tapi banyak tetangga cari air keluar desa, karena bantuan air belum tentu datang sepekan sekali,” ungkapnya.

Bencana kekeringan yang hampir setiap tahun melanda Blora, membuat warganya seperti sudah terbiasa dengan kasus menahun itu. Memang terasa menyesakkan.

Sehari Rampung

Tidak semua orang dibuat susah dengan musim kering. Sebaliknya, rezeki justru mengalir mulus dan lancar ke kantongnya, berkat keahlian membuat sumur bor.

“Iya alhamudillah, rezeki saya, rezeki keluarga dan regu ini,” beber Eko Puryono, warga Blora, spesialis tukang pembuat sumur bor.

Diakuinya, saat ini terdapat banyak tim penggali, pembuat sumur bor di Blora. Namun saat kemarau seperti ini, nyaris setiap hari tidak pernah libur, pindah dari satu tempat ke tempat lain membuat sumur bor baru.

“Saya sendiri punya dua regu (tim), tidak pernah libur, ada saja yang buat sumur baru, itulah rezeki kemarau,” aku Eko.

Sulasmin (39), warga Sumurboto, Kecamatan Jepon Blora, juga mengaku tidak pernah libur. Regunya laris manis membuat sumur bor baru, satu rampung, besoknya ada yang membuat sumur baru.

Untuk Kota Blora dan sekitarnya, kedalaman sumur rata-rata 18 sampai 22 meter, tinggal klik air mengucur, biayanya Rp 4,5 juta hingga Rp 6 juta. Tapi kalau sumur dalam, diatas Rp 7,5 juta, itu sudah termasuk pompa (jet pump).

“Rata-rata satu sumur bisa rampung sehari, kami bisa untung sekitar Rp 1,4 juta, lantas kita bagi bertiga,” aku Sulasmin.

Saat kemarau, PDAM Blora juga mengalami krisis bahan baku, dampaknya ribuan pelanggannya tidak terlayani air. Solusinya, warga harus beli air atau membuat sumur di rumah masing-masing, terbanyak jenis sumur bor.(suarabaru.id/wahono)