blank
Saat melakukan demo pembuatan keris di Obyek Wisata Waduk Gajahmungkur Wonogiri, Empu MNg Ag Daliman Puspo Budoyo (kiri), juga menggelar bursa keris dan konsultasi pusaka tosan aji.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Eksistensi empu sebagai pembuat keris, selama ini selalu didominasi pria. Namun demikian, dalam sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara, pernah memiliki Ni (Nyi) Mbok Sombro, empu keris wanita yang ampuh (sakti) dan melegendaris. Ni Mbok Sombro, hidup di sekitar abad ke 10, berasal dari tlatah (wilayah) Kerajaan Pajajaran. Banyak cerita berkembang di masyarakat, mengenai kehebatan dan kesaktian empu wanita ini. Dia mampu membuat keris, yang walaupun karyanya terkesan sederhana, tetapi besinya padat ngelempung karena wasuhan (garap) bagus, dan dibuat dari bahan besi pilihan.

Karena kesaktian yang dia miliki, Ni Mbok Sombro mampu membuat keris di atas samudra, hanya beralaskan kain jarik untuk landasan duduk membuat keris. Pada pesi (pangkal) keris buatannya dipuntir dan ujungnya diberi lubang, yang lubang tersebut dibuat dengan tusukan jari kelingking. Fungsinya, untuk lubang tali pengikat bilah-bilah keris yang dibuat selama mengambang di atas permukaan samudera. Baru setelah bahannya habis, dia kembali ke daratan dengan serenteng keris yang dia buat. Keris buatan Ni Sombro memiliki bekas pejetan jari tangan pada permukaan  bilahnya, dan memiliki tuah kesuburan, kemakmuran dan harapan akan kedamaian.

Empu wanita yang langka dan sulit dicari duanya ini, dalam perjalanan hidupnya, hijrah ke Tuban dan menurunkan generasi empu yang piawi dan sakti dalam membuat keris-keris dan tombak pusaka di Tanah Jawa. Terlepas dari kisah Ni Sombro yang melegenda tersebut, kini di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, memiliki program pendidikan (Prodi) Keris dan Senjata Trandisional. ”Ini merupakan satu-satunya yang ada di dunia,” jelas Empu Mas Ngabehi (MNg) Ag Daliman Puspo Budoyo yang menjadi pengajar di Prodi Keris ISI Surakarta. Empu dari Gladi Tosan Aji Sanggar Meteor Putih Padepokan Lemah Putih, Plesungan Mojosongo, Surakarta ini, menyatakan, Prodi Keris dibuka untuk jenjang pendidikan D4 atau setara dengan S1 Kekaryaan. Lama belajarnya 8 smester, mahasiswanya datang dari berbagai daerah seperti Blora dan Jepara (Jateng), Blitar dan Kediri (Jatim) serta dari Bali.

Hal yang menarik pada Prodi Keris ini, ternyata diminati pula oleh wanita. Puput Saputri dan Rohmatun misalnya, merupakan mahasiswi yang kini menekuni Prodi Keris di ISI Surakarta. Keduanya asal Jepara, Jateng, dan kini telah masuk perkuliahan smester tiga. Memiliki latar pendidikan lulusan Madrasah Aliyah (MA), Puput Saputri dan Rohmatun, menyatakan, tertarik ingin menjadi empu keris wanita. ”Siapa lagi kalau bukan kami yang nantinya peduli melestarikan pembuatan keris di Tanah Air,” ujar keduanya. Pada awal pembelajaran, para mahasiswa diberikan teori tentang keris, dan kemudian diajarkan pula cara membuat keris praktik di besalen (bengkel empu). ”Saya sudah berhasil membuat sebuah keris,” ujar Puput Saputri, yang pada Tahun 2017 lalu lulus dari MA jurusan IPS. Puput Saputri dan Rohmatun, Minggu (23/9), ikut ke Obyek Wisata Waduk Gajahmungkur, Wonogiri. Itu dilakukan saat mengikuti Empu MNg Ag Daliman Puspo Bodoyo, yang melakukan demo pembuatan keris bersamaan dengan gelar event wisata Kirab dan Jamasan Pusaka Pangeran Sambernyawa Bulan Sura Tahun Be 1952 Windu Sangara Wuku Kulawu.(suarabaru.id/bp)