blank
Dua anggota Polres Wonogiri, naik ke puncak bumbungan atap masjid, untuk memperbaiki kubah masjid yang sebelumnya dirusak oleh kawanan kera liar.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Rabu pagi (19/9), kawanan monyet liar ramai-ramai turun gunung dan sebagian ada yang mendatangi Mapolres Wonogiri. Sekawanan primata ini, dipimpin kera Banthongan (monyet besar), yang tampak garang dan tanpa menampakkan ekspresi rasa takut kepada para insan kepolisian yang berdinas di Polres Wonogiri. Bahkan ketika dihalau, Banthongan-nya, naik ke puncak atap Masjid Polres dan merusak bagian kubah yang bertengger di pucuk genting bumbungan yang berposisi paling tinggi.
Puncak kubah yang terbuat dari bahan alumunium antikarat tersebut, berusaha dicabut, serta digulingkan dalam posisi miring. Sebagian kera, masuk ke kantin sisi belakang Mapolres. Tentu saja, kedatangan binatang liar ini, membuat takut juru masak dan penjaga serta pemilik kantin. Pemilik kantin Ny Santo dan Ny Kino beserta juru masak Ny Seni, berteriak-teriak karena ketakutan. Penjaga masjid Slamet dan perwira pengawas piket, Ipda Sandiya, segera bertindak untuk menghalau kera-kera yang membuat takut para wanita pemilik dan juru masak di kantin.
Kiat untuk mengusir kawanan primata ini, awalnya hanya mampu menggiring kawanan kera dari dalam ruangan dapur tempat masak di bagian dalam kantin. Meski demikian, kawanan kera itu, tidak mau segera pergi menjauh untuk kembali ke habitatya di kawasan hutan gunung perbukitan Gajahmungkur, yang berlokasi di sisi barat Mapolres Wonogiri. Ketika diusir dengan cara dilempari batu, mereka malah ngamuk berusaha melawan dengan cara ganti melempari kepada orang yang mengusirnya.
Kapolres Wonogiri AKBP Robertho Pardede melalui Kasubag Humas Polres AKP Hariyanto, membenarkan adanya tamu kawanan kera liar yang turun gunung. Meski demikian, kawanan binatang liar ini kemudian dihalau untuk digiring kembali ke tempat asalnya. ”Untuk kerusakan kubah masjid, sudah langsung diperbaiki oleh anggota,” jelas Kasubag Humas Polres AKP Hariyanto.
Diduga, kawanan kera liar itu turun gunung karena merasa lapar dan haus. Sebab di kawasan hutan gunung yang menjadi habitatnya, pada musim kemarau puncak sekarang ini, sulit diperoleh air dan dedaunan atau buah yang dapat dijadikan makanan monyet. Itu terjadi, karena semuanya mengering oleh pengaruh iklim kemarau yang panas. Di sisi lain, di areal hutan gunung wilayah perbukitan Gajahmungkur tersebut, terhitung langka memiliki tanaman jenis pohon buah, seperti sirsat, duwet, mangga, rambutan, atau jenis tanaman penghasil makanan kera. Dampak, ketika kawanan kera merasa lapar dan haus, kemudian ramai-ramai turun gunung masuk ke perkampungan, termasuk mendatangi Mapolres Wonogiri.(suarabaru.id/bp)