blank
Mantan Anggota DPRD Wonogiri, Hardono (kiri) tampil menjadi singa panggung untuk menyampaikan orasi sikap penolakan massa pedagang tentang relokasi Pasar Hewan Wuryantoro, Wonogiri.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Aksi demo massa untuk menolak rencana relokasi Pasar Hewan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri, Senin (10/9), dilakukan oleh puluhan pedagang. Mereka beramai-ramai mendatangi Kantor Kecamatan Wuryantoro, yang letaknya di sebelah utara Pasar Wuryantoro, dengan membawa spanduk panjang dan belasan pamflet bertuliskan aneka macam kalimat penolakan dan pengecaman terhadap tindakan sepihak Camat Wuryantoro yang menggagas ide relokasi.
Massa juga membawa serta kelengkapan mesin pelantang suara yang diangkut mobil pikap, untuk sarana berorasi menyampaikan aspirasi penolakan. Tampil menyampaikan orasi, Hardono, mantan Anggota DPRD Wonogiri yang berdomisili di Kecamatan Wuryantoro. Sebagai juru bicara massa pendemo, dia melontarkan tuntutan menolak relokasi Pasar Hewan Wuryantoro yang sudah ada sejak dulu kala, yang memang secara historis telah menyatu berdampingan dengan Pasar Tradisional Wuryantoro. Ikut hadir Korlap Marsono dan Ketua Paguyuban Pedagang, Jangkung. Kapolsek Wurantoro AKP Moch Susilo bersama jajarannya dan personel dari Koramil, hadirĀ  mengamankan aksi unjuk rasa ini.
Hardono, menyatakan, keramaian pasar di Wuryantoro, hanya terjadi setiap pasaran Legi, sekali dalam sepekan. Itu pun karena didukung adanya pasar hewan, yang didatangi oleh para bakul ternak dari sepuluh kabupatan dari tiga provinsi. Yakni dari Salatiga, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Klaten, Sragen (Jateng), berikut dari Gunungkidul (DI Yogyakarta), Pacitan, Magetan dan Ponorogo (Jatim). ”Pasar merupakan urat nadi perekonomian dan kehidupan rakyat. Kalau sampai direlokasi, sama artinya itu akan mematikan keramaian Pasar Tradisional Wuryantoro. Bila keramaian pasar mati, itu artinya tega membunuh sumber nafkah bagi ratusan bakul beserta ribuan anggota keluarganya,” seru Hardono yang disambut teriakan yel-yel massa: ”Rakyat bersatu tidak dapat dikalahkan,” secara berulang-ulang.
Ditegaskan oleh Hardono, kedatangan massa yang berunjuk rasa ini tidak bermaksud melecehkan Camat Wuryantoro, juga pantang melakukan perbuatan anarkis. ”Inti kedatangan kami, untuk menolak relokasi Pasar Hewan Wuryantoro,” seru Hardono yang disambut sorak sorai dan teriakan yel-yel gegap gempita dari massa pendemo. Kata Hardono, Camat Wuryantoro itu sebenarnya pintar, tapi karena menerima masukan sepihak dari orang yang salah, maka kemudian muncullah ide akan merelokasi pasar hewan, dengan mengajukan argumentasi pembenar. Itu dilakukan dengan mengabaikan keberadaan para pedagang sebagai orang pasar.
Kata Hardono, Camat harus bijaksana untuk lebih dulu membahasnya bersama para pedagang sebagai komunitas orang pasar. Tidak kemudian tergesa-gesa memunculkan ide merelokasi pasar hewan, yang memicu keresahan massa seperti ini. ”Maksud Pak Camat, ingin memajukan Wuryantoro agar kuncoro, tapi kebalik itu akan membuat Wuryantoro sengsara. Betul tidak kawan-kawan ?,” seru Hardono disambut ucapan serentak ”Betul” oleh massa.
Untuk menyikapi tuntutan massa pendemo, Camat Wuryantoro, Purwadi Hardo Saputro, meminta maaf telah memunculkan ide yang salah. Berkaitan ini, Camat mencabut gagasannya dan menyatakan tegas lewat surat pernyataan tertulis bermeterai, bahwa selama dirinya menjabat Camat Wuryantoro akan menolak rekolasi pasar hewan. Kepada massa, Camat Purwadi Hardo Saputro, juga menyatakan akan bersikap lebih komunikatif dengan masyarakat, termasuk dengan para pedagang pasar. Massa kemudian bubar untuk kembali beraktivitas berdagang, setelah Camat membacakan langsung surat pernyataannya tersebut langsung di hadapan pendemo.(suarabaru.id/bp)