blank
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, saat memberikan sambutan di MAJT Rabu, (22/8)

SEMARANG– Imam besar masjid New York, Amerika Serikat Dr Shamsi Ali mengajak umat Islam Indonesia meneladani kepemimpin Nabi Ibrahim AS, yang proses kepemimpinannya diraih melalui ujian panjang hingga menjadi pemimpin yang matang, berkarakter dan bukan sebagai sosok yang tiba-tiba menjadi pemimpin.

Ajakan tersebut disampaikan saat menjadi khatib salat Idul Adha 1439 Hijriyah di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Rabu (22/8).

Salat Id di MAJT dihadiri Gubernur Jateng Ganjar Pranowo beserta istri Hj Siti Atiqoh dan sejumlah kepala OPD Pemprov Jateng, Dirut PT BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo, Ketua DPP MAJT Prof Dr KH Noor Ahmad MA beserta istri, Dr Hj Nur Kusumadewi Msi dan jajaran MAJT, serta dipadati sekitar 30 ribu jemaah.

Menurut Shamsi Ali, pria kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan, 5 Oktober 1967, perayaan Idul Adha memiliki sarat makna dan nilai-nilai kehidupan yang luar biasa untuk dicontoh.

Ada makna hidup dan ujian, makna ketaatan dan pengorbanan, makna soliditas mental dan kekokohan iman, sekaligus mengajarkan nilai-nilai kehidupan kolektif dan kepemimpinan. Semua itu dicontohkan Ibrahim AS.

Dilanjutkan, setelah mencapai kematangan jiwa dan pengalaman hidup yang solid, Ibrahim memang berdoa untuk dijadikan pemimpin. Tapi Ibrahim meminta kepemimpinan yang berasas ketakwaan. Kepemimpinan yang membawa umatnya kepada ketaatan dan kesalehan individu dan kolektif.

Jika kepemimpinan Nabi Ibrahim ini dikontekstualisasikan dalam kehidupan bangsa Indonesia, maka semua itu secara substantif tertuang dalam Pancasila. Kedalaman spiritualitas dalam kepemimpinanya dan keimanannya yang super solid itu terpatri dalam sila ketuhanan yang maha esa.

Kesabarannya membangun etika dalam kepemimpinannya yang berkarakter Itu yang terwakili dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab, serta sila persatuan indonesia.

Moral dan integritas kepemimpinannya tertuang dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Sementara tujuan kepemimpinan untuk menegakkan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan umum tersimpulkan dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pelaksanaan salat Id di MAJT, terasa semarak namun khitmad. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan istri Siti Atiqoh, menyempatkan pamit kepada masyarakat Jateng berkaitan berakhirnya masa tugas periode pertamanya (2013-2018), pada Kamis (23/8).

blank
Ganjar Pranowo bersalaman dengan Prof Noer Acmad disela menyaksikan pemotongan hewan kurban di MAJT

Memanfaatkan momentum salat Id dengan imam KH Zaenuri Ahmad AH, Ganjar mengatakan, mulai Kamis (23/8), tugas sebagai Gubernur Jateng bersama Heru Sudjatmoko Msi sebagai wakil gubernur, berakhir.

Jabatan periode kedua 2018-2023 akan dipegang lagi mulai 17 September 2018 saat dilantik serentak oleh Presiden Jokowi, di Istana Negara. Menunggu masa tersebut, Jateng akan dipimpin penjabat gubernur yang akan didrop dari Kemendagri, Jakarta.

“Hingga kini saya belum tahu namanya, tapi prinsipnya saya manut Mendagri untuk menunjuk Pj Gubernur Jateng,” jelas Ganjar.

Selanjutnya Ganjar meminta maaf kepada seluruh warga Jateng bila saat memimpin ada yang tidak berkenan di hati masyarakat. Diakui, dalam lima tahun kepemimpinannya, penuh inspirasi, kritik dan masukan dari masyarakat.

Gubernur juga menyampaikan salam dan permohonan maaf Presiden Jokowi yang berhalangan hadir di MAJT karena padatnya kegiatan kepresidenan, hingga harus salat Id di Bogor. Meski sebelumnya, Presiden berkeinginan salat Idul Adha di MAJT.

Usai salad Id Gubernur menyerahkan hewan kurban bantuan Presiden berupa sapi seberat 1 ton kepada MAJT, sekaligus sapi dari Gubernur Jateng. Dirut BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo juga menyerahkan ke panitia MAJT.

Secara keseluruhan MAJT menerima hewan kurban dari masyarakat dan kalangan instansi berupa 13 sapi dan 18 ekor kambing. (suarabaru.id/sl).