blank
Hanifatur Rosyidah (berjilbab), dosen prodi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula).

SEMARANG-Dalam rangka pekan ASI sedunia 1-7 Agustus, World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) memberikan hibah untuk mendukung usaha-usaha dalam mempromosikan bahwa menyusui sebagai fondasi untuk kehidupan.

Salah satu yang berhasil mendapatkan hibah tersebut adalah Hanifatur Rosyidah, dosen prodi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula).  Dari sebanyak 702 proposal yang diajukan dari seluruh penjuru dunia, hanya 26 proposal yang disetujui untuk mendapatkan hibah.

Menurut Hani begitu ia biasa disapa yang juga merupakan salah satu Women Deliver Young Leader mewakili Indonesia ini, topik yang diusung dalam hibah Pekan ASI Sedunia ini adalah breastfeeding friendly factory atau perusahaan ramah ASI. Dengan program ini, diharapkan dapat meningkatkan cakupan ASI eksklusif pada ibu pekerja, sehingga bayi mendapat nutrisi terbaik.

Penelitian IDAI (Yohmi dkk, 2015) menemukan bahwa hanya 49,8 % ibu yang memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan. Hal ini masih jauh dari target ASI eksklusif di Indonesia yakni 80%. Rendahnya cakupan ASI eksklusif ini dapat berdampak pada kualitas hidup generasi penerus bangsa dan juga pada perekonomian nasional.

Kebijakan hak cuti melahirkan serta sedikitnya perusahaan yang menyediakan ruang laktasi melatarbelakangi dalam memilih sasaran dalam proposal hibah ini, yakni buruh perempuan.

Menurut pasal 82 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan, pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh cuti selama 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan setelah melahirkan. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan untuk dapat memberikan ASI secara eksklusif setelah ibu kembali bekerja.

Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa ada 2 langkah dalam mewujudkannya, yaitu menyediakan ruang laktasi dan memberikan waktu bagi buruh perempuan untuk memompa ASI. Solusi ini merupakan situasi yang saling menguntungkan, karena dapat membangun loyalitas pegawai, memberikan nutrisi terbaik bagi bayi, serta menguntungkan masyarakat secara keseluruhan.

Penelitian di Indonesia (Basrowi dkk, 2015) menemukan bahwa tersedianya fasilitas ruang laktasi di tempat kerja dapat meningkatkan 3 kali lipat cakupan ASI eksklusif. Di samping itu, peningkatan pengetahuan para buruh mengenai ASI eksklusif dapat meningkatkan 6 kali lipat cakupan ASI eksklusif.

Atas inisiatif tersebut, Hani mendapatkan hibah dari World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) sebesar 1,000 dolar Amerika. Program ini akan dilaksanakan bersama rekannya Noveri Aisyaroh selama kurang lebih 1,5 bulan. Tiga kegiatan utama dalam program ini adalah advokasi, pelatihan konselor menyusui dan promosi kesehatan kepada para buruh perempuan.(suarabaru.id/sl)